Sawit Jadi Prioritas dalam Perjanjian Dagang Internasional

Michael Reily
2 November 2018, 13:22
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Joko menyebut, hingga pertengahan tahun ini terjadi peningkatan ekspor hingga 4% dibandingkan 2017, dengan pendapatan mencapai US$ 2,1 juta. Targetnya adalah peningkatan ekspor yang mampu mencapai 7% dengan income mencapai US$ 2,9 juta hingga akhir tahun. 

Grafik:

Terdapat 3 strategi untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan industri sawit tahun 2019. Pertama, pengembangan iklim usaha yang semakin kompetitif dalam menjaga produktivitas dan harga kelapa sawit. Kedua, adanya upaya bersama untuk mengembangkan pangsa pasar baru dan fasilitas infrastruktur yang lebih baik.

Terakhir, kampanye positif terhadap industri kelapa sawit secara masif. “Terkait keberlanjutan lingkungan, setiap industri kelapa sawit harus berorientasi pada pengembangan industri rendah emisi,” kata Joko.

(Baca: Permintaan Global Belum Membaik, Gapki Estimasi Ekspor CPO Turun 5%)

Di pihak lain, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurthi mengusulkan pembuatan proses bisnis yang sesuai dengan Sustainable Development Globals (SDGs) bakal berdampak pada peningkatan harga CPO. Keuntungannya adalah citra positif dan lancarnya program mandatori biodiesel B20.

SDGs bakal membawa Indonesia memiliki industri sawit yang bersih dan baik dan program B20 bakal membuat penyerapan sawit domestik lebih besar. "Sehingga, SDGs bakal memiliki lebih banyak kontribusi yang dihasilkan,” ujar Bayu yang pernah menjadi Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit itu.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...