Finalisasi Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional Dibayangi Hambatan

Michael Reily
17 Oktober 2018, 06:00
RCEP
Kemendag
Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita memimpin Delegasi RI dalam pertemuan Preparatory Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Ministerial Meeting di Manila, Filipina, Minggu (12/11).

Terlebih, situasi dan kondisi global berada di tengah isu proteksionisme dan meningkatnya perang dagang antara dua ekonomi besar. "Kekhawatirannya adalah dampak negatif bila terus berkepanjangan,” ujarnya.

Pada pertemuan itu, para menteri sepakat untuk memperbaharui mandat kepada para perunding untuk mengatasi sejumlah isu akses pasar dan aturan dalam perundingan RCEP putaran ke-24 yang berlangsung di Auckland, Selandia Baru, pada 18 sampai dengan 27 Oktober 2018. Target substansial yang ingin dicapai pada akhir tahun adalah perundingan akses pasar barang, jasa dan investasi maupun aturan-aturan lain untuk memfasilitasi integrasi ekonomi dari 16 negara peserta RCEP.

(Baca juga: Era Perang Tarif Pajak Dimulai, Ekonom Prediksi Pergeseran Dana Asing)

Para menteri sepakat agar para perunding tidak hanya mengulang posisinya tetapi harus dapat menawarkan solusi yang seimbang untuk kepentingan semua negara peserta. Jika perundingan ini rampung, RCEP bakal menjadi perundingan dagang regional terbesar di dunia dengan cakupan lebih dari 48% penduduk dunia, 38% GDP dunia dan sekitar 42% perdagangan dunia.

Indonesia perlu menjadi bagian dari proses integrasi ekonomi regional RCEP agar motor pertumbuhan ekonomi dunia dengan kelas menengah berkembang pesat dan penguasaan teknologi konsumen makin kuat. "Bila tidak, Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara sekitar,” katanya.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...