Impor Migas Menurun, Neraca Dagang September Surplus US$ 230 Juta

Michael Reily
15 Oktober 2018, 15:09
Pelabuhan Ekspor
Katadata

Yunita mengatakan, penurunan impor September menyerupai tren tahun-tahun sebelumnya. Namun, kondisi itu bisa berubah pada bulan berikutnya.

"Impor itu trennya memang menurun pada September 2018, karena pada 2017 dan 2016 demikian. Setelahnya kembali mengalami peningkatan," kata Yunita.

Dirinci menurut golongan penggunaan barang ekonomi, selama September 2018 seluruh golongan barang mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Golongan barang konsumsi turun 14,97%, bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing turun 13,53% dan 10,45%.

BPS mencatat penurunan impor paling banyak terjadi pada mesin dan peralatan listrik, mesin dan pesawat mekanik, perhiasan dan permata, benda dari besi dan baja, serta ampas atau sisa industri makanan. Berdasarkan negara, pengurangan impor berasal dari Tiongkok, Jepang, dan Australia.

Secara kumulatif, pada Januari hingga September 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar US$ 3,78 miliar. Nilai paling buruk pada empat tahun terakhir karena pada periode yang sama 2017 surplus US$ 10,86 miliar, tahun 2016 surplus US$ 6,41 miliar, dan 2015 surplus US$ 7,22 miliar.

"Kami harap neraca perdagangan tiga bulan berikutnya bisa positif sehingga bisa menekan defisit," ujar Yunita.

Surplus neraca perdagangan pada September 2018 berada di luar dugaan. Sejumlah kalangan sebelumnya memperkirakan neraca perdagangan September 2018 akan mengalami tren defisit. 

Menurut analis, selain dipicu oleh situasi global, defisit neraca dagang juga diperkirakan masih akan terjadi seiring dengan meningkatnya impor minyak dan pangan. 

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyatakan neraca dagang September tidak akan bergerak signifikan dibandingkan bulan lalu. “Kelihatannya masih defisit karena impor minyak, pangan, dan bahan baku infrastruktur masih cukup tinggi seperti bulan sebelumnya,” kata Myrdal, Jumat lalu.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan neraca perdagangan dalam negeri diperkirakan masih akan mencatat defisit US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar pada September 2018.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan neraca dagang RI melemah, seperti imbas situasi perang dagang, melonjaknya nilai impor bbm akibat pelemahan kurs rupiah dan naiknya harga minyak acuan brent pada September sebesar 9%. Adapun impor barang non migas khususnya kategori barang konsumsi juga dipreduksi masih tumbuh.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan, Kasan, mengungkapkan bahwa kemungkinan defisit masih akan tetap terjadi, tetapi untuk neraca dagang nonmigas diperkiran bisa surplus. Menurutnya, impor akan mengalami penurunan karena beberapa kebijakan pemerintah seperti PPh impor barang konsumsi dan mandatori B20.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...