Jokowi Dorong Kerja Sama Ekonomi RCEP Tuntas Tahun Ini

Michael Reily
19 Maret 2018, 20:38
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (kanan)
ANTARA FOTO/IORA Summit 2017/Rosa Panggabean
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (kanan) pada hari ketiga rangkaian KTT IORA ke-20 tahun 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (7/3). KTT IORA 2017 tersebut diharapkan dapat meningkatka

Secara kolektif, negara-negara RCEP menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 23,8 triliun pada 2016,  atau dua kali lipat lebih besar dibanding PDB negara-negara Trans Pacific Partnership (TPP),  di luar  Amerika Serikat. Berbeda dengan TPP, pasar RCEP terus tumbuh dinamis sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya kelas menengah.

Selain mengenai kerjasama ekonomi regional,, kedua kepala negara menceritakan kemajuan perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Perundingan telah mencapai melalui 11 putaran dan berharap perundingan tersebut bisa selesai tahun ini.

(baca juga : India dan Tiongkok Jadi Mitra Prioritas ASEAN di RCEP)

“Presiden Jokowi berpesan agar Australia tidak menilai CEPA ini hanya dari aspek komersial jangka pendek, tetapi juga dari aspek sosial jangka menengah dan panjang khususnya terkait kesejahteraan dan peningkatan kapasitas serta pembentukan ‘power house’ antara kedua negara sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang bertemu Menteri Perdagangan, Turisme, dan Investasi Australia Steven Ciobo.

Penyelesaian perundingan CEPA sempat  tertunda meskipun kedua pihak telah mengintensifkan perundingan di semua tingkatan menjelang akhir tahun 2017. Setelah melakukan refleksi untuk mengkaji dengan jernih perbedaan posisi yang ada, kedua tim perunding melakukan konsultasi pada 6-7 Maret 2018 lalu di Sydney. Dari pertemuan ini, kedua tim perunding akan kembali bertemu guna  mengidentifikasi sejumlah isu.

Dalam pertemuan di Sydney kali ini, kedua Menteri menekankan perlunya sebuah paket kesepakatan yang dapat diterima baik oleh pemangku kepentingan kedua negara. “Kami ingin perjanjian yang diterima baik oleh pemangku kepentingan kedua negara. Perbedaan tingkat pembangunan kedua negara menyebabkan adanya perbedaan. Apa yang dapat diterima oleh Indonesia belum tentu dapat diterima Australia, dan sebaliknya. Inilah gap atau jurang yang akan kita coba jembatani,” ujar Enggar.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...