Impor Bahan Baku Meningkat, Industri Dalam Negeri Menggeliat
Sementara, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita justru menuturkan defisit neraca perdagangan bulan lalu anatra lain juga disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas migas sehingga nilai impor melonjak dan menyebabkan defisit. “Defisitnya total karena migasnya berkontribusi cukup besar,” ujar Enggar.
Impor migas tercatat sebesar US$ 2,14 triliun dengan nilai ekspor sekitar US$ 1,28 triliun. Sehingga, defisit untuk migas sebesar US$ 859,5 juta. Sedangkan, neraca dagang non migas tercatat surplus sebesar US$ 182,6 juta.
Dengan tingginya trend impor, Enggar juga menyatakan bakal lebih agresif meningkatkan ekspor tahun 2018. Mendag bahkan sebelumnya telah merevisi target pertumbuhan ekspor tahun ini menjadi 11% dari target sebelumnya yang dipatok di angka sekitar 5% hingga 7%.
Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede menuturkan untuk menggenjot ekspor, Indonesia harus didorong untuk mencari mitra dagang baru, di samping untuk mengantisipasi jika terjadi perlambatan pertumbuhan di salah satu negara tujuan utama.
"Indonesia seharusnya bisa mulai explore trading partner lain, mengantisipasi perlambatan manufaktur Tiongkok," ujarnya kepada Katadata, Kamis (15/2) .
Sedangkan terkait defisit neraca perdagangan Indonesia di Januari 2018, ia menuturkan bahwa defisit perdagangan secara month to month (MoM) memang sudah terlihat dari tren lanjutan sejak bulan sebelumnya.
Adapun terkait kenaikan impor bahan baku dinilainya sebagai sebuah sinyal positif untuk perekonomian Indonesia. "Itu artinya ada aktifitas produksi di dalam negeri," ujarnya.
Dengan begitu dia memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 mencapai US$ 10 miliar hingga US$ 11 miliar, menyusut dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan tahun lalu yang tercatat sebesar US$ 12 miliar.