Efek Trump, Kenaikan Harga Komoditas Untungkan Indonesia

Desy Setyowati
24 Januari 2017, 15:23
sawit
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Tahun ini, Dendi memperkirakan harga minyak mentah bisa mencapai US$ 55-US$ 60 per barel. Kemudian harga CPO diproyeksikan sebesar US$ 650-US$ 700 per ton dan batubara US$ 70 per ton. Selain itu, harga karet, nikel, dan tembaga berturut-turut sebesar US$ 2 per kilogram (kg), US$ 10 ribu per ton, dan US$ 4.850 per ton.

“Kenaikan (harga komoditas) ini akan membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia penghasil tambang ataupun perkebunan, sehingga mendorong perekonomian secara keseluruhan,” ujar Dendi. 

Sayangnya, menurut Chief Economist Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean, keinginan Trump menggenjot industri manufaktur-nya dengan menarik investasi dari Cina sulit terealisasi. Pangkal soalnya, produktivitas di AS tak akan mampu menampung investasi tersebut. (Baca juga: Indonesia Lanjutkan Perundingan Dagang dengan Uni Eropa)

Dalam catatannya, tingkat pengangguran di AS rendah. Jumlah orang yang bekerja dan mencari kerja di AS (labor force participation rate) saat ini sudah kembali ke posisi seperti 1980-an. Selain itu, ekosistem investasi dari AS di Cina juga sudah terbentuk. 

Apabila AS hendak menarik investasi tersebut, harus membentuk ekosistem baru dan membutuhkan waktu lama. Dalam jangka pendek, harga produk yang semula dijual murah ketika diinvestasikan di Cina menjadi mahal di AS. “I Phone, misalnya, bisa dijual US$ 1.000, siapa yang mau beli? Jeans juga begitu,” kata Andri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...