Dorong Industri Hijau, Kemenperin Ciptakan Teknologi Pengolahan Limbah
Sementara, unit unit aerobik menggunakan sistem lumpur aktif, dan unit wetland menggunakan sistem horizontal subsurface constructed wetland yang diresirkulasi. Integrasi ketiganya, diklaim dapat menurunkan bahan pencemar organik hingga lebih dari 95%, amoniak hingga 80% dan fosfat sebesar 70%.
Kelebihan PLANET-2020 adalah, memiliki kemampuan degradasi polutan mencapai 90-98%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berbasis kimia yang mencapai 80-90%, atau IPAL berbasis biologi konvensional, yang sebesar 80-90%.
Selain itu, teknologi ini tidak membutuhkan lahan yang begitu luas, menggunakan listrik yang lebih hemat, dan menggunakan bahan kimia yang jauh lebih sedikit. Kemudian, sistem tersebut tidak menggunakan unit pengolah lumpur, sehingga penguraian polutan lebih singkat, dari satu minggu menjadi maksimal empat hari.
Kepala BBTPPI Ali Murtopo Simbolon menjelaskan, PLANET-2020 telah diterapkan di 18 sektor industri, seperti industri kertas kerajinan, industri makanan dan minuman, industri batik, industri farmasi, dan industri pengolahan ikan.
“Reaktor PLANET-2020 dibuat dengan dimensi yang disesuaikan dengan jumlah limbah yang akan diolah dalam satu hari. BBTPPI juga memberikan bimbingan teknis operasional dan pemeliharaan PLANET-2020,” kata Ali.
Ke depan, BBTPI akan terus memodifikasi PLANET-2020, terutama untuk perancangan reaktor vertikal. Hal ini dilakukan, agar teknologi ini bisa dimanfaatkan di lahan yang terbatas luasnya.
(Baca: Kemenperin akan Genjot Industri Produk Permintaan Tinggi Masa Pandemi)