Sinyal Optimisme Laju Manufaktur dari Tekanan Pandemi

Muchamad Nafi
3 September 2020, 17:48
Pekerja memeriksa kondisi mesin di percetakan Bintang Sempurna, Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada 2019 naik sebesar 4,01 persen terhadap tahun sebelumnya,
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Pekerja memeriksa kondisi mesin di percetakan Bintang Sempurna, Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Menurut Head of Research Division BNI Sekuritas Damhuri Nasution, naiknya PMI Agustus memang mengindikasikan kenaikan aktivitas sektor manufaktur dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Namun angka 50,8 itu bukan serta-merta menunjukkan aktivitas sektor manufaktur sudah kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.

Sebab, angka PMI di atas 50 baru berarti mayoritas responden menyatakan aktivitas atau kinerja usahanya pada Agustus lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara tingkat produksinya belum tentu kembali ke level sebelum pandemi. “Jadi harus hati-hati menafsirkan angka PMI ini,”  kata Damhuri kepada Katadata.co.id.

Walau demikian, perkembangan ini tetap menggembirakan. Sebab ada harapan bahwa kinerja sektor manufaktur pada kuartal ketiga akan lebih baik. Yang menjadi catatan, harapan perbaikan laju manufaktur tersebut mesti ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat. Jika tidak, optimisme tadi tidak mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal kedua kemarin tersungkur hingga 5,32 % dibandingkan periode yang sama pada 2019, seperti terlihat dalam Databoks berikut ini.

Salah satu pemicu utama merosotnya pertumbuhan ekonomi ini lantaran pengeluaran konsumsi rumah tangga -kontributor utama produk domestik bruto Indonesia- negatif hingga 5,51 %. Padahal di kuartal satu 2020 masih tumbuh 2,83 %.

Pada saat bersamaan, konsumsi pemerintah juga redup. Pada waktu itu belanja negara tumbuh negatif 6,90 % dibandingkan periode yang sama pada 2019. Padahal pada kuartal pertama 2020 masih posisitf 3,75 %, menjadi jenis pengeluaran yang tertinggi. Lihat grafik di bawah ini:

Ke depan, relaksasi PSBB akan berperan penting dalam membangun optimisme para pebisnis, terutama di sektor manufaktur. Sebagaimana diketahui, pada saat PSBB di kuartal kedua, banyak usaha manufaktur yang memproduksi barang non-esensial ditutup sementara. “Dan saat ini sudah boleh kembali beroperasi dengan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Damhuri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...