Prospek Ekonomi 2021: Kelahiran Baru Sektor Usaha dan Investasi

Happy Fajrian
29 Desember 2020, 08:00
Telaah - The Economist
Aleksandr Khakimullin/123rf

Head of Indonesia Research  & Strategy JP Morgan Henry Wibowo memprediksi aliran FDI ke Indonesia pada 2021 menyentuh rekor tertingginya. “Kami sangat optimis,” ujarnya.

Dia menjelaskan faktor utama pendorong aliran masuk investasi asing ke Indonesia yaitu disahkannya Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) pada Oktober 2020, yang aturan turunannya akan terbit pada Februari 2021.

“Pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja akan menjadi reformasi kebijakan terbesar di negara ini sejak 1998,” kata Henry.

Selain faktor Omnibus Law, terpilihnya Joe Biden juga akan meningkatkan investasi ke Indonesia. Menurut Henry terpilihnya Biden akan menjadi pendorong dana asing mengalir ke emerging markets, termasuk Indonesia.

“Modal asing yang tadinya all about America, mulai kembali ke Asia Tenggara, ke Indonesia,” ujarnya. Modal asing tersebut tidak hanya akan mengalir dalam bentuk aliran portofolio ke pasar saham, tetapi juga dalam bentuk investasi langsung.

Investasi tersebut akan masuk sektor-sektor keuangan, infrastruktur atau industri, dan teknologi, media, telekomunikasi. “Indonesia bisa menjadi hub manufaktur atau teknologi berikutnya di Asia, yakni untuk produk mobil listrik, baterai kendaraan listrik, atau teknologi cloud,” ujarnya.

Adapun saat ini produksi baterai kendaraan listrik masih terkonsentrasi di empat negara di dunia, seperti terlihat pada databoks berikut:

Negara Pasar Berkembang Jadi Tumpuan Perdagangan

Menurut laporan UNCTAD, perdagangan global telah terdampak Covid-19 bahkan sebelum sejumlah negara memberlakukan lockdown. Ini karena Covid-19 lebih dulu memukul sektor manufaktur di Tiongkok, yang menyebabkan perdagangan dunia anjlok hingga US$ 50 miliar.

Namun, data World Trade Organization (WTO) menunjukkan volume perdagangan global pada kuartal III sudah mulai membaik dengan pertumbuhan kuartalan sebesar 11,6%.

Global Head Research/Chief Strategist Standard Chartered Eric Robertsen mengatakan perbaikan kinerja perdagangan global  terutama disumbang oleh kawasan Asia. “Dua per tiga pertumbuhan pertumbuhan global berasal dari Asia Pasifik, yang mayoritas negaranya adalah emerging markets,” katanya.

Dia menyebutkan volume ekspor kawasan Asia pulih hanya dalam rentang enam bulan, walau masih jauh di bawah level sebelum pandemi. Menariknya, pemulihan tersebut didorong oleh perdagangan intra-regional Asia.

Iklim perdagangan global yang sempat terdisrupsi kebijakan “America First” Donald Trump, juga akan membaik seiring terpilihnya Joe Biden. Presiden baru AS ini diyakini tidak akan langsung mencabut semua kebijakan yang telah diambil pendahulunya tersebut, namun akan mengambil pendekatan yang lebih lunak.

Penandatanganan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) oleh 15 negara Asia Pasifik juga akan lebih mendongkrak perdagangan intra-regional Asia Pasifik dan memperkuat perekonomian negara-negara yang terlibat.

Secara kumulatif, 15 negara yang tergabung dalam perjanjian tersebut mewakili 29,6% populasi dunia, 27,4% perdagangan global, 30,2% produk domestik bruto (PDB) dunia, dan 29,8% FDI dunia.

Menurut penelitian Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor hingga 7,2% melalui perluasan dalam rantai pasok global melalui RCEP. Lima tahun setelah ratifikasi, potensi ekspor diperkirakan naik 8-11%.

Mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, sebelum digantikan M. Lutfi, mengatakan RCEP akan mendorong Indonesia lebih jauh ke dalam rantai pasok global dengan memanfaatkan backward linkage, yakni dengan memenuhi kebutuhan bahan baku atau bahan penolong yang lebih kompetitif dari negara RCEP lainnya.

RCEP juga akan memanfaatkan forward linkage dengan memasok bahan baku atau bahan penolong ke negara  anggota lainnya.

ASEAN-SUMMIT/RCEP
ASEAN-SUMMIT/RCEP (ANTARA FOTO/REUTERS/Kham/aww/cf)

Sektor Usaha Unggulan

Dengan pemulihan ekonomi, investasi, dan perdagangan global yang masih menantikan keberhasilan vaksinasi, ada enam sektor yang menjadi primadona hingga tahun depan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keenam sektor tersebut termasuk dalam Sustainable Development Goals (SDGs) antara lain infrastruktur, mitigasi perubahan iklim, pertanian, kesehatan, telekomunikasi/teknologi informasi, dan ekosistem serta biodiversitas.

Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, ada tiga sektor usaha yang potensial untuk memulihkan perekonomian Indonesia pada 2021. Salah satunya karena ketiga sektor tersebut tumbuh positif selama tahun ini.

“Tiga sektor itu adalah pertanian, teknologi informasi, serta jasa kesehatan,” katanya. Josua mendorong pemerintah agar menggenjot tiga sektor usaha tersebut tahun depan karena menjadi kebutuhan utama masyarakat di tengah pandemi.

Sektor pertanian khususnya terkait pangan, digitalisasi dalam sektor teknologi informasi, serta jasa kesehatan berperan mendukung kebutuhan masyarakat. Karena itu, dia berharap pemerintah melanjutkan stimulus atau insentif kepada ketiga sektor ini.

Sementara itu sektor infrastruktur, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 413,8 triliun pada APBN 2021 untuk melanjutkan proyek-proyek yang tertunda akibat Covid-19. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk teknologi informasi sebesar Rp 29,6 triliun untuk menyikapi besarnya pengaruh digitalisasi ketika pandemi.

Sama halnya dengan anggara kesehatan yang dipatok sebesar Rp 169,7 triliun, dan ketahanan pangan sebesar Rp 104,2 triliun. Sementara sektor pendidikan mendapat alokasi terbesar Rp 550 triliun, serta untuk pariwisata sebesar Rp 15,7 triliun.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...