Isu Sawit Jadi Fokus Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Swiss

Happy Fajrian
2 Maret 2021, 16:51
sawit, minyak kelapa sawit, swiss, indonesia, perdagangan bebas
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.
Pekerja menimbang tandan buah segar sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau, Rabu (3/2/2021).

Komite referendum mengatakan bahwa kesepakatan itu akan meningkatkan permintaan minyak sawit murah, menghancurkan hutan tropis, dan mempengaruhi produksi minyak rapeseed dan minyak bunga matahari Swiss.

Pemerintah Swiss sendiri merekomendasikan FTA. “Itu akan memberi ekonomi Swiss yang berorientasi ekspor akses yang lebih baik ke pasar Indonesia sambil mempromosikan produksi minyak sawit yang lebih berkelanjutan karena hanya minyak bersertifikasi yang dapat menikmati pengurangan tarif”.

Swiss memiliki lebih dari 30 perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara di luar Uni Eropa dan EFTA. Uni Eropa juga sedang merundingkan kesepakatan perdagangan dengan Indonesia.

Posisi Indonesia

Kampanye hitam terhadap minyak kelapa sawit di pasar global sudah lama dihadapi oleh negara-negara produsen salah satu komoditas minyak nabati itu.

Selama ini pemerintah Indonesia relatif bersikap bertahan atau defensif, dengan fokus pada peran kelapa sawit terhadap perekonomian serta tingginya produktivitas komoditas ini dibandingkan minyak nabati lain.

Oleh karena itu pemerintah pun akan mengubah strateginya dalam melawan kampanye hitam sawit dengan fokus memaparkan kekurangan dari minyak nabati lainnya seperti rapeseed oil, dan minyak biji bunga matahari.

“Kita akan permasalahkan juga minyak nabati lain di Eropa. Misalnya rapeseed juga memiliki dampak terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) dan lingkungan,” kata Direktur Utama Badan pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS) Eddy Abdurrachman, beberapa waktu lalu, (6/2).

Menurut Eddy budidaya rapeseed di Eropa menggunakan pupuk yang mengancam keanekaragaman lingkungan laut. Sedangkan kelapa sawit merupakan komoditas yang paling efisien dalam penggunaan lahan dibandingkan bahan baku minyak nabati lainnya.

Untuk melawan kampanye hitam terhadap sawit, Indonesia akan menggandeng Malaysia sebagai salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yasin mengatakan bahwa kampanye tersebut tidak berdasar dan tidak menggambarkan industri ini sebenarnya.

"Malaysia akan terus bekerja sama dengan pihak Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit, terutama memperkasakan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC)," kata Muhyiddin.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...