Pemerintah Harap Lonjakan Harga Komoditas Percepat Pemulihan Ekonomi
Pertama, permintaan dan pasokan. "Beberapa komoditas ada peningkatan permintaan atau pasokannya tergangu," kata Panji dalam dalam Mandiri Economic Outlook & Industri 2Q21, Rabu (19/5).
Dari sisi permintaan, peningkatan terjadi secara bulanan karena rendahnya basis pada bulan sebelumnya akibat kekhawatiran pandemi. Sementara dari sisi pasokan, sempat adanya gangguan produksi minyak kelapa sawit di Malaysia karna lockdown hingga di Australia karena adanya pemblokiran pasokan komoditas tersebut dari Tiongkok.
Simak Databoks berikut:
Kedua, adanya faktor stimulus negara maju yang sangat besar, terutama di Amerika Serikat. Uang yang sangat banyak tersebut menyebabkan likuditas dolar AS sangat tinggi dan mengalir ke emerging market yang juga berpengaruh kepada hot money di komoditas.
Kendati demikian, Panji memperkirakan lonjakan harga komoditas tidak akan setinggi saat krisis tahun 2008 lalu. "Tahun depan akan perlahan terkoreksi," katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat, kinerja ekspor melesat 20,31% pada Maret 2021 dibandingkan Februari 2021 dan 30,47% dibandingkan Maret 2020 menjadi US$ 18,35 miliar. Kenaikan ekspor terjadi pada seluruh sektor. Pertanian tumbuh 25,04% secara tahunan, industri 33,45%, pertambangan 11,93%, dan migas (minyak dan gas bumi) 38,67%.
Kinerja ekspor tak terlepas dari peningkatan harga komoditas dan permintaannya. Harga minyak sawit mentah alias CPO sepanjang bulan Maret 2021 naik 1,1% secara bulanan. Lalu, harga batu bara ikut naik 9,4%. Harga karet alam juga meningkat 3,8%.