Tren Positif Industri Sawit Diharapkan Berlanjut Sampai Akhir Tahun
Data GAPKI menunjukan, volume ekspor sawit Indonesia mencapai 15,78 juta ton pada Januari-Juni 2021, meningkat tipis 2% dibandingkan periode Januari-Juni 2020.
Industri sawit sempat loyo karena terimbas pandemi Covid-19. Namun, industri ini kembali menggeliat sejak Juli tahun lalu menyusul kenaikan permintaan dan harga.
Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), harga CPO pada Juni 2020 berada di level US$ 570-600/metric ton. Namun, harga tersebut meonjak ke US$1.135/metric ton untuk pengiriman November tahun ini.
Harga sawit terus melonjak, salah satunya adalah karena penurunan produksi dari Malaysia. Produksi sawit Malaysia pada 2020, turun 3,6% dibandingkan pada 2019. Pasokan minyak sawit Malaysia pada Desember 2020 bahkan hanya berada di level 1,26 juta ton, atau terendah sejak Juli 2007.
Malaysia, yang merupakan produsen sawit terbesar kedua dunia masih berkutat untuk meningkatkan produksi setelah dihadapkan pada sejumlah persoalan mulai dari masih tingginya kasus Covid-19, kekurangan jumlah pekerja, hingga merajalelanya hama tikus.
Pandemi Covid-19 membuat Malaysia banyak kehilangan tenaga kerja karena pemerintah menghentikan suplai tenaga kerja dari Indonesia atau negara Asia Selatan lainnya. Banyak perkebunan di Malaysia yang kemudian terpaksa memanen dengan dua pertiga dari jumlah pekerja yang seharusnya.
Kurangnya tenaga kerja tidak hanya berimbas pada kualitas sawit tetapi juga membuat pengelola kewalahan untuk membasmi hama. Tidak heran jika kemudian tikus, ngengat, dan ulat kantong merajela di perkebunan.