Mendongkrak Nilai Tambah Manufaktur lewat Hilirisasi dan Rantai Pasok
Hal ini membuat Indonesia masuk jajaran eksportir produk-produk funitur besar seperti Cina, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.
Selain itu, Kemenperin juga akan fokus untuk memberdayakan industri kecil dan menengah (IKM) agar bisa lebih produktif, berdaya saing, dan menjadi bagian dari rantai pasok global.
“Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor nasional dan mendukung program substitusi impor,” kata dia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah IKM mencapai 4,41 juta unit usaha, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 15,64 juta orang. IKM mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan industri non-migas sebesar 21,22%, dengan sektor yang paling dominan adalah makanan dan minuman, fesyen dan kerajinan.
Beberapa program yang dijalankan Kemenperin sebagai fasilitasi bagi IKM meliputi pengembangan ekosistem rantai pasok seperti link and match serta kemitraan dengan industri besar dan BUMN. Selain itu, membangun ekosistem digital dengan mendorong IKM masuk ke platform marketplaces, serta fasilitas sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar IKM dapat terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dan BUMN.
Adapun, Peningkatan nilai tambah industri dapat menciptakan multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja, devisa ekspor, serta meningkatkan kontribusi terhadap pajak dan cukai.
Apalagi Indonesia dikenal memiliki keunggulan komparatif, yakni sumber daya alam (SDA) yang cukup tersedia, juga potensi SDM berusia produktif yang terampil, sehingga mampu meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.
“Kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada pasar domestik yang besar, dengan tetap berorientasi ekspor. Ini yang membedakan dengan negara lain di ASEAN, seperti Singapura atau Vietnam,” ujar dia.