Permintaan Solar Diprediksi Melonjak, Alokasi Biodiesel Ditambah
Pemerintah memperkirakan permintaan minyak solar meningkat di Triwulan IV-2022. Oleh karena itu, pemerintah meningkatkan alokasi volume biodiesel pada tahun ini, yang semula sebesar 10.151.018 kiloliter menjadi 11.025.604 kiloliter.
"Kecukupan biodiesel sebagai campuran B30 hingga akhir Desember 2022 perlu dijaga dengan meningkatkan alokasi volume biodiesel pada tahun ini," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Senin (29/8).
Airlangga mengatakan, keputusan tersebut diambil melalui rapat Komite Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Dalam rapat Komite Pengarah (Komrah) BPDPKS pada Minggu (28/08), diperoleh keputusan yang telah menyetujui lima hal yakni perpanjangan tarif Pungutan Ekspor (PE) sebesar US$0 untuk semua produk sampai dengan 31 Oktober 2022, penambahan alokasi Biodiesel tahun 2022, pembangunan pabrik minyak makan merah (3M), dukungan percepatan peningkatan Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Ketua LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Alin Halimatussadiah, mengatakan bahwa program biodisel yang mencampurkan BBM solar dengan fatty acid methyl ester (FAME) minyak kelapa sawit dinilai sebagai kebijakan multiobjektif. Kebijakan ini dinilai dapat meminimalisir dampak krisis iklim dan menjaga ketahan energi nasional dengan mengurangi impor solar.
"Intinya kalau mau buat kebijakan biodiesel harus lihat sumber minyak sawit dan harus lihat resikonya terhadap pangan. Karena preferensinya dibagi tiga, ada untuk eksport penggunaan dalam negeri untuk minyak goreng dan energi biodiesel," kata Alin.
Sejak program ini diluncurkan pada 2006 silam, target bauran biodiesel terus meningkat. Bahkan Kementerian ESDM telah melaksanakan uji jalan B40 pada 27 Juli kemarin.
Dalam kajiannya bertajuk 'Risiko Kebijakan Biodiesel dari Sudut Pandang Indkator Makroekonomi dan Lingkungan' yang terbit pada 2020 lalu, LPEM FEB UI menuliskan program biodiesel memiliki potensi menambah devisa negara apabila impor solar turun dan meningkatnya permintan minyak sawit di dalam negeri.
Akan tetapi, program ini juga berpotensi menurunkan cadangan devisa jika Indonesia kehilangan potensi ekspornya.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memproduksi 16,37 juta kiloliter kilo liter Biodiesel pada 2021. Produksi biodiesel terbesar berasal dari Provinsi Riau dengan volume total 5,1 juta kl.
Kemudian Jawa Timur memproduksi biodiesel 3,88 juta kl, Kalimantan Timur 1,37 juta kl, Kalimantan Selatan 1,01 juta kl, dan Sumatra Utara 912 ribu kl.