Mengapa Indonesia Terancam Impor Beras Setelah 3 Tahun Swasembada?

Tia Dwitiani Komalasari
26 November 2022, 22:00
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Menurut dia, Bulog seharusnya memiliki perencanaan yang tepat dalam menyerap CBP dari petani. Bulog juga seharusnya memiliki wewenang yang lebih besar dalam menyerap beras petani, termasuk dalam anggaran.

2. Kegagalan koordinasi dan komunikasi antara Bulog, Kementan, dan Bapanas

Direktur Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara,mengatakan bahwa tiga lembaga yang bertanggung jawab pada penyediaan beras yaitu Bulog, Kementerian Pertanian atau Kementan, dan Badan Pangan Nasional tidak satu suara dalam menyikap kebijakan impor. Tiga lembaga tersebut bahkan memiliki data beras yang berbeda.

Bulog menyatakan sulit menyerap beras di lapangan karena barangnya tidak ada. Sementara itu, Kementan bersikukuh bahwa stok beras tersedia dan aman.

Kementan bahkan berjanji untuk menyuplai beras ke Bulog. Namun demikian, janji tersebut tidak terealisasi saat ini.

"Kondisi dinamis, bisa berubah. Ada koordinasi yang miss di situ yang seharusnya tidak terjadi," ujarnya.

3. Biaya produksi naik

Bhima mengatakan, kenaikan harga pupuk juga berpengaruh pada produksi beras petani. Harga pupuk yang melonjak menyebabkan biaya produksi gabah naik yang menyebabkan penurunan produksi beras.

Produksi beras pun cenderung stagnan selaam swasembada pangan tiga tahun terakhir. Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik.

 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...