Mendorong Industrialisasi Kopi Nasional

Dini Hariyanti
Oleh Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
7 Mei 2023, 19:14
Industrialisasi pangan, khususnya soal penguatan ekosistem kopi nasional, memang perlu digalakkan. Ini terkait erat dengan kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
BRI
Industrialisasi pangan, khususnya soal penguatan ekosistem kopi nasional, memang perlu digalakkan. Ini terkait erat dengan kontribusi konsumsi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sunarso juga membahas soal pentingnya peningkatan nilai tambah komoditas tersebut melalui industrialisasi kopi. Saat ini, rata-rata produksi kopi nasional sekitar 600 kg per hektar per tahun. Padahal, normalnya mencapai 1,5 ton - 2 ton per hektar per tahun.

Kemudian, imbuhnya, jika dilakukan penjualan dalam bentuk biji kopi akan menjadi 500 kg saja. Harga jualnya sekitar Rp15 juta. Jika produksi dalam biji kopi yang sudah disangrai maka akan susut menjadi 350 kg, tapi nilai jualnya menjadi Rp45 juta.

Apabila dijadikan bubuk maka akan menjadi 340 kg saja dengan nilai jual meningkat sekitar Rp50 juta. Dan jika kopi bubuk ini dijual dalam bentuk cup siap minum akan menjadi sekitar 57.000 cup yang nilai jualnya dapat mencapai sekitar Rp850 juta.

“Jadi adalah penting bagi kita semua untuk tahu persis sebenarnya nilai tambah kopi itu ada di fase mana. Dan berapa besar nilai tambahnya, lalu ke mana kita harus fokuskan energi kita untuk meningkatkan nilai tambah kopi kita,” ujar Sunarso.

Menurutnya penting agar kopi dari Indonesia dijual dalam bentuk cup bermerek dari Tanah Air. Jangan sampai kopi dari Indonesia, ketika masuk ke pasar global dibubuhi merek luar negeri. “Ini tantangan sekaligus masalah yang harus kita jawab bersama, karena itu perlu kita sepakati visi kopi Indonesia ke depan. Visinya adalah ‘Menjual Kopi Dengan Nilai Tambah yang Maksimal’,” ucapnya.

Guna mendukung aspirasi tersebut, BRI melakukan pemetaan strategi.  Pertama, dari sisi on farm atau di ladang yang dibutuhkan mulai dari analisis tanah, rekomendasi dan penyediaan pupuk, benih hingga pestisida. Bahkan, jika perlu bebas dari pestisida menjadi kopi organik.

“Kedua, butuh teknologi untuk mekanisasi pertanian. Tentu dengan pendampingan agronomis dan budidaya. Ketiga, begitu panen masuk fase off-farm maka harus ada pengolahan pascapanen, pemberian modal kerja seperti KUR, distributor financing, kemudian menyediakan off taker, kemudian capacity building dan workshop,” tutur Sunarso.

Ia melanjutkan, yang keempat, untuk membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan harus ada project leader untuk supervisi bisnis hingga koordinasi kegiatan. “Hal ini pun perlu disokong oleh berbagai pihak diantaranya banking dan financial institution untuk pendanaan. Kemudian penguatan sarana produksi, teknologi research and development, perlu adanya pendampingan budidaya dan off taker, dan harus di-cover asuransi supaya untung dan aman”, ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...