Angka PMI Manufaktur Ekspansif, Apindo Waspadai Penurunan Permintaan

Andi M. Arief
1 Februari 2024, 17:41
pmi manufaktur, indeks manufaktur, apindo
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023).

"Prinsipnya, menurut saya, ekspor akan tetap berat karena porsi ekspor ke negara-negara tradisional lagi masalah. Kami sudah lihat dari data yang ada dan kami harus melakukan sesuatu," kata Shinta di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2).

Ia berpendapat pemerintah tidak dapat bekerja seperti dalam kondisi normal. Salah satu kebijakan yang dapat menghambat performa manufaktur adalah pembatasan impor.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 36 Tahun 2023 yang mengembalikan pemeriksaan dari post-border menjadi border dapat menghambat. Sebab, sebagian produsen hanya memiliki izin angka pengenal impor umum yang kuota impor bahan bakunya dibatasi dengan aturan tersebut.

"Kalau kami tidak bisa impor bahan baku dan penolong, produksi kami akan terkendala," ujarnya.

Karena itu, ada dua ancaman bagi sektor manufaktur, yakni penurunan permintaan dan peningkatan biaya produksi. Dampaknya, pabrikan akan melakukan efisiensi pada proses produksinya, salah satunya ke tenaga kerja.

Efisiensi dari sisi tenaga kerja merupakan salah satu rencana sebagian perusahaan dalam jangka panjang. Sebab, pengembangan teknologi dan digitalisasi produksi pada akhirnya akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan mengubah jenis pekerjaan di sektor manufaktur.

"Akan banyak tenaga kerja yang tidak lagi dibutuhkan. Kalau dari segi biaya produksi bisa dikurangi, biaya tenaga kerja jadi salah satu yang paling tinggi biasanya di perusahaan," katanya.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...