Krisis Energi, Cina Minta BUMN Jaga Pasokan Energi di Musim Dingin

Cahya Puteri Abdi Rabbi
1 Oktober 2021, 08:27
krisis energi, Cina, batu bara, listrik
ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/HP.
Seorang petugas keamanan bersiaga di depan Balai Agung Rakyat, Beijing, pada pembukaan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC), Kamis (4/3/2021), atau sehari sebelum berlangsungnya Sidang Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang dijadwalkan dibuka oleh Presiden Xi Jinping pada Jumat (5/3). Pemerintah Cina meminta kepada BUMN di sektor energi untuk mengamankan pasokan.

Sebagaimana diketahui, kekurangan pasokan listrik di Cina yang dipicu kurangnya batu bara, standar emisi gas rumah kaca yang diperketat, dan permintaan yang kuat dari industri hingga mendorong harga batu bara melonjak telah melumpuhkan sebagian besar industri.

 Harga batu bara berjangka Cina sebelumnya melonjak ke rekor tertingginya karena negara itu bergulat dengan kekurangan bahan bakar menjelang liburan Hari Nasional Cina selama seminggu. Hari Nasional Cina yang jatuh pada 1 Oktober merupakan perayaan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.

Harga batu bara berjangka di Bursa Komoditi Zhengzhou  melonjak 6,5% ke level 1.393.6 yuan ($216 atau Rp3,09 juta)  per ton.

Harga batu bara naik lebih dari dua kali lipat tahun ini di tengah melonjaknya permintaan listrik dari pabrik dan pertumbuhan produksi yang melambat.

Harga batu bara yang tinggi menyebabkan perusahaan pembangkit listrik memangkas output meskipun permintaan melonjak.  Di sisi lain,  beberapa daerah secara proaktif menghentikan aliran listrik untuk memenuhi tujuan emisi dan intensitas energi.

 Akibat krisis energi listrik yang dialami Cina. Pabrik-pabrik eksportir terbesar dunia dipaksa untuk menghemat energi dengan membatasi jumlah produksi, termasuk Toyota.

Pabrik Toyota Motor Corp di Cina juga terdampak oleh krisis listrik negara tersebut. Namun, juru bicara Shiori Hashimoto tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai seberapa besar dampak yang ditimbulkan.

Pabrik mereka yang berpusat di sekitar Tianjin dan Shanghai  mampu memproduksi lebih dari satu juta kendaraan per tahun di Cina.

“Toyota tidak bisa memprediksikan kondisi yang akan datang karena situasinya terus berubah-ubah,” kata Hashimoto dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/9).

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...