WHO Akhiri Darurat Covid-19, Cina Masih Anggap Ada Risiko Penyebaran

Happy Fajrian
6 Mei 2023, 14:11
covid-19, pandemi covid-19, pandemi corona, cina, who,
ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/hp.
Massa memadati tempat tes PCR di pinggir jalan di Distrik Chaoyang, Kota Beijing, Cina, Sabtu (3/12/2022) sore, hingga menimbulkan antrean panjang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan berakhirnya status darurat global untuk Covid-19. Namun Cina menyatakan akan terus mewaspadai risiko penyebaran virus tersebut sambil meningkatkan vaksinasi di antara kelompok berisiko tinggi.

“Berakhirnya status siaga tidak berarti Covid-19 akan hilang, tetapi dampaknya sekarang dapat dikendalikan secara efektif,” kata kepala panel pakar respons Covid-19 Cina di bawah Komisi Kesehatan Nasional, Liang Wannian, seperti dikutip Reuters, Sabtu (6/5).

Dia menambahkan bahwa Cina akan terus memantau mutasi virus, memperkuat vaksinasi di antara kelompok kunci dan berisiko tinggi, serta berupaya meningkatkan kemampuan pengobatan Covid-19.

Cina mempertahankan nol toleransi terhadap Covid-19 lama setelah sebagian besar negara mulai hidup dengan virus tersebut, dan baru mulai meninggalkan kebijakan pembatasannya pada akhir 2022.

Pada bulan Februari, para pemimpin tertinggi Cina mengumumkan "kemenangan yang menentukan" melawan Covid-19 dan mengklaim tingkat kematian terendah di dunia, meskipun para ahli mempertanyakan data Beijing.

Seperti diketahui WHO mengakhiri tingkat kewaspadaan tertinggi untuk Covid-19 pada hari Jumat (5/5), lebih dari tiga tahun setelah deklarasi dimulainya pandemi itu. “Negara-negara sekarang harus mengelola virus bersama dengan penyakit menular lainnya,” kata WHO.

Direktur Umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, Komite Darurat bertemu untuk ke-15 kalinya kemarin, dan merekomendasikan agar WHO menyatakan berakhirnya darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

"Saya menerima saran itu. Oleh karena itu dengan harapan besar saya menyatakan Covid-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global," kata Tedros seperti dikutip BBC, Jumat (5/5).

Dia menambahkan, keputusan tersebut telah dipertimbangkan dengan hati-hati selama beberapa waktu dan dibuat berdasarkan analisis data yang cermat. Namun, dia mengingatkan pencabutan tingkat siaga tertinggi tidak berarti bahaya telah berakhir. Status darurat dapat dipulihkan kembali, jika situasinya berubah.

“Hal terburuk yang dapat dilakukan negara mana pun sekarang adalah menggunakan berita ini sebagai alasan untuk lengah, untuk membongkar sistem yang telah dibangunnya, atau mengirim pesan kepada masyarakat bahwa Covid 19 tidak perlu dikhawatirkan,” lanjutnya.

Tedros menyebutkan, tingkat kematian akibat Covid 19 turun drastis dari puncaknya yang mencapai lebih dari 100.000 orang per pekan pada Januari 2021, menjadi 3.500 orang pada 24 April. Setidaknya tujuh juta orang meninggal dalam pandemi tersebut.

Menurut Tedros, angka sebenarnya kemungkinan mendekati 20 juta kematian , atau hampir tiga kali lipat dari perkiraan resmi. Maka itu, dia mengingatkan bahwa virus Covid 19 tetap menjadi ancaman yang signifikan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...