Menilik Opsi Respons Balasan Israel atas Serangan Iran

Image title
17 April 2024, 18:06
Israel
Dok. Israeli Defense Force
Rapat staf Israeli Defense Force atau IDF, paska serangan Iran.

Resiko mengambil opsi ini semakin besar, karena AS sudah memberi isyarat bahwa mereka tidak akan mendukung serangan langsung terhadap Iran.

ISRAEL-PALESTINIANS/VIOLENCE-GAZA
Pertahanan anti serangan udara Israel, Iron Dome (ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen/WSJ/sad)

Opsi 2: Menargetkan Pimpinan dan/atau Fasilitas Militer Iran

Opsi lainnya yang mungkin diambil Israel, adalah menyerang sasaran yang tidak terkait langsung dengan program nuklir Iran.

Misalnya, IDF dapat menargetkan pemimpin militer tinggi Iran, seperti Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan pasukan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang mendalangi serangan drone dan rudal akhir pekan ini.

"Selain mengincar pimpinan militer Iran yang menjadi otak serangan drone dan rudal, Israel memiliki opsi lain dengan menyerang situs militer atau gudang senjata di dalam negeri, atau bahkan markas besar IRGC," kata Mulroy.

Meski demikian, opsi ini diragukan oleh Frank McKenzie, mantan jenderal Korps Marinir serta Direktur Rencana Strategis dan Kebijakan Departemen Pertahanan AS.

Menurutnya, mengincar personel militer penting membutuhkan waktu yang panjang, berminggu-minggu atau bahkan bulanan. Ini sulit dilakukan karena sifat militer Israel yang cenderung agresif.

"IDF memang menyukai kemenangan, namun bukan kemenangan defensif. Selain masalah waktu, menyerang personel penting militer pun sulit, karena Iran saat ini berada pada tingkat kewaspadaan yang tinggi. Kemungkinan para petinggi militer akan lebih banyak di bunker," ujar McKenzie.

Opsi 3: Menyerang Proksi Iran atau Meluncurkan Serangan Siber

ISRAEL-PALESTINIANS
Pertahanan anti serangan udara Israel, Iron Dome (ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen/WSJ/sa)

Ketimbang opsi serangan ke fasilitas nuklir, militer atau personel penting, McKenzie menilai Israel akan memilih tindakan yang lebih sederhana. Opsi yang ia maksud, adalah menargetkan proksi Iran di Timur Tengah atau melakukan serangan siber.

Ia menjelaskan, Hizbullah menjadi salah satu target yang paling memungkinkan jika Israel memilih serangan ke proksi Iran. Apalagi, Israel telah melakukan serangan balasan terhadap kelompok militan di Lebanon ini selama enam bulan terakhir.

"Israel dapat memilih untuk melancarkan kampanye militer yang jauh lebih intensif terhadap Hizbullah," ujarnya.

Namun, hal itu membawa risiko tersendiri bagi Israel, akrena sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, Hizbullah berusaha menghindari perang besar-besaran dengan Israel. Namun, jika Hizbullah memutuskan untuk terlibat dalam perang habis-habisan, ini akan menjadi eskalasi yang ekstrem

"Persenjataan Hizbullah yang berjumlah lebih dari 100.000 roket, jauh melebihi Hamas, dan para pejuangnya terlatih dengan baik dan tangguh dalam pertempuran. Kelompok ini pasti akan menderita kerugian jika berhadapan frontal dengan Israel, namun Tel Aviv juga akan menderita kerugian besar," kata McKenzie.

Sementara, opsi serangan siber menjadi salah satu opsi yang mungkin diambil Israel. Pasalnya, dalam hal teknologi, Israel lebih unggul dibandingkan Iran.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...