Pertamina Tunggu Keputusan Pemerintah untuk Turunkan Harga BBM

Image title
23 Maret 2020, 14:37
harga minyak, bbm, pertamina
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrasi, konsumen di SPBU Coco Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (21/1/2020). Pertamina belum menurunkan harga BBM meskipun harga minyak telah anjlok hingga di bawah US$ 30 per barel.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dijual US$ 22,98 per barel. Sedangkan harga Brent sebesar US$ 26,3 per barel.

Harga minyak telah turun selama empat minggu berturut-turut sejak awal tahun in. Penurunannya bahkan mencapai 60%.

Hal tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yakni turunnya permintaan akibat pandemi corona dan perang harga minyak antara produsen Rusia dan Arab Saudi. Secara teori, penurunan harga minyak semestinya bagus untuk pertumbuhan karena biaya bisnis turun sehingga bahan bakar menjadi lebih murah.

Namun, penurunan harga minyak saat ini bukanlah saat yang tepat. Sebab, mayoritas masyarakat di banyak negara berdiam diri di rumah guna menekan penyebaran virus corona.

Alhasil, permintaan justru menurun meski harga minyak merosot tajam. "Kami perkirakan harga minyak akan terus jatuh dalam jangka pendek di tengah anjloknya permintaan, dan tidak ada batasan produksi setelah 1 April 2020," kata Analis Kebijakan Energi Senior di Hedgeye Potomac Research Joseph McMonigle, dalam sebuah catatan dikutip dari Reuters, Senin (23/3).

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengirim utusan khusus di bidang energi ke Arab Saudi untuk menstabilkan pasar minyak global. Trump ingin menengahi perang harga minyak antara Saudi dan Iran.

“Di waktu yang tepat, saya akan terlibat,” kata Trump dikutip dari Foxbusiness.com, Minggu (11/3).

Meski begitu, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, pemerintah federal tidak memiliki kemampuan untuk memengaruhi Oerganisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC dalam memangkas produksi. "Dari tingkat federal kami tidak memiliki hubungan yang berkelanjutan dengan OPEC, itu merupakan kartel," kata pejabat tersebut.

(Baca: Anjlok Terdalam Sejak 1991, Harga Minyak Bisa Picu Gelombang Deflasi)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...