Bus otonom, Angkutan Umum Impian Jokowi untuk Ibu Kota Baru

Pingit Aria
16 Januari 2020, 18:47
Navya, perusahaan asal Prancis, memproduksi bus tanpa awak (driverless bus/autonomous shuttle) yang sudah digunakan di beberapa negara, antara lain Jepang dan Singapura.
NAVYA/Michael Gounon
Navya, perusahaan asal Prancis, memproduksi bus tanpa awak (driverless bus/autonomous shuttle) yang sudah digunakan di beberapa negara, antara lain Jepang dan Singapura.

Masyarakat yang tidak memiliki aplikasi dapat memesan layanan dari kios yang tersedia di sepanjang rute. Selama uji coba, layanan digratiskan selama empat jam pada hari kerja.

Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, bus juga menyediakan sopir untuk mengambil kendali jika diperlukan. Dengan jarak tempuh 5,7 kilometer, bus otonom di Singapura dapat menerjang gerimis, namun harus berhenti saat hujan deras.

Presiden dan kepala eksekutif ST Engineering Vincent Chong mengatakan bus-bus itu dilengkapi dengan teknologi canggih. Sistem multi-sensor disesuaikan dengan lingkungan perkotaan yang kompleks, termasuk saat melintas di persimpangan yang ramai.

(Baca: Bertemu Investor Dunia, Jokowi Beberkan Rancangan Besar Ibu Kota Baru)

Sedangkan di Indonesia yang masyarakatnya bahkan belum familiar dengan kendaraan listrik, pengembangan bus otonom bakal butuh waktu lebih lama. Menteri Budi Karya menyatakan, sebelum mengembangkan kendaraan otonom, pemerintah akan melakukan uji coba terhadap kendaraan listrik terlebih dulu.

Rencananya, uji coba bakal dilakukan di Puncak, Bogor, Jawa Barat dan Kuta, Bali. "Kami uji coba keandalan dari kendaraan ini, sehingga pada saat kami menetapkan atau menggunakan electric autonomous vehicle, kami sudah memiliki pengalaman mengelola itu," ujarnya.

Selain itu, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah butuh membangun infrastruktur 5G dan kelistrikan untuk bisa menerapkan kendaraan otonom di ibu kota baru. "Kita bisa bangun sesuai kebutuhan," ujarnya.

Yang juga perlu diperhatikan adalah kesiapan masyarakat untuk menyambut teknologi baru. Sebab, hasil riset JD Power yang melibatkan 5.000 responden di Amerika Serikat (AS) pada Juli 2019 lalu menunjukkan kendaraan otonom kurang mendapat kepercayaan masyarakat.

 (Baca: Jokowi Izinkan Namanya Dicatut untuk Selesaikan Masalah Investasi)

Studi ini menemukan bahwa dari sekala 0-100 poin, keyakinan seseorang kepada mobil otonom hanya mendapat 36 poin . Menurut survei, masyarakat belum merasa nyaman menjadi penumpang mobil otonom.

Riset menunjukkan 71% responden tidak percaya terhadap teknologi otonom karena dianggap rentan gangguan dan masalah teknis lain. Kemudian, 57% responden khawatir kendaraan otonom dapat diretas, sementara 55% khawatir mobil akan mengalami kecelakaan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...