Pulihkan Trauma, Pertamina Berdayakan Ibu dan Anak di Kampung Nelayan

Cindy Mutia Annur
4 Oktober 2019, 16:08
 Seorang anak sedang menempel kertas di pohon. Pertamina menggelar tiga program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng sejumlah kelompok serta instansi setempat guna memberdayakan serta membantu pemulihan trauma para ibu dan anak-anak di
Cindy Mutia Annur / Katadata
Seorang anak sedang menempel kertas di pohon. Pertamina menggelar tiga program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menggandeng sejumlah kelompok serta instansi setempat guna memberdayakan serta membantu pemulihan trauma para ibu dan anak-anak di kampung nelayan, Makassar.

Pemberdayaan Wanita

Kelompok Wanita Nelayan (KWN) sudah didirikan sejak tahun 2007. Kelompok ini mulanya hanya berfokus  pada pemberdayaan para ibu nelayan dalam mengolah dan mengembangkan bisnis beragam olahan laut seperti nugget hingga otak-otak.

Sejak bergabung dengan program ini, para anggota ini mengaku kini tak hanya berpangku tangan menunggu nafkah dari suami, namun juga bisa menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga. 

"Sebelum bergabung mereka rata-rata hanya menghasilkan Rp 500 ribu per bulan, sekarang bisa sampai Rp 2 juta per bulan," ujarnya.

Bahkan, produk-produk mereka juga sudah dipasarkan di berbagai kota seperti di Jakarta, Surabaya, Malang, hingga Timika.

(Baca: Kantor Didemo Buruh, Sri Mulyani Mendongeng di Depan Anak PAUD)

Program kedua, yakni SEHATI. Community Development Officer (CDO) TBBM Makassar Andi Ade Ulasaswini mengatakan, program ini berfokus pada edukasi para ibu mengenai pentingnya gizi bagi anaknya maupun calon bayi di kandungannya.

Berdasarkan hasil social mapping  pihaknya, saat ini terdapat 23 anak yang berstatus gizi buruk di kelurahan tersebut. Selain melakukan edukasi, program itu juga memberikan sejumlah tambahan asupan seperti susu, vitamin, dan madu. "Tim ahli gizi kami bakal terus memantau perkembangan (gizi) mereka dengan melakukan pengecekan door to door secara rutin, hingga penyuluhan bersama secara langsung," ujarnya.

Program terakhir, yakni Kelompok Belajar Perempuan Berdaya. Program terebut berfokus pada edukasi dan kelompok diskusi mengenai gender kepada para ibu yang dianggap sebagai agen perubahan yang berperan penting di dalam keluarga.

Pasalnya, beberapa warga setempat mengalami kelainan gender dan perilaku penyimpangan seksual bahkan sejak usia dini.

(Baca: Kemnaker Berikan Pelatihan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama)

"Kami berusaha agar para ibu ini bisa mematahkan mata rantai (perilaku penyimpangan seksual) agar jangan sampai keluarganya terpapar. Paling tidak, mereka bisa membantu orang untuk berubah dan mencegah terjadinya perilaku menyimpang," ujar Pendamping Program Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan (LBH Apik) Makassar Musdalifah Desiana Basolewa

Program yang berjalan sejak Juli 2019 tersebut telah memiliki sekitar 20 anggota aktif. Selain melakukan program edukasi mengenai gender, para anggotanya juga diajarkan keterampilan membuat kerajinan tangan seperti tas.

"Kami juga ingin mendorong keterampilan bagi mereka. Nantinya, setelah mereka menguasai (keterampilan), hasilnya bakal dipasarkan," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...