SKK Migas Catat Tiga Proyek Migas Terlambat Berproduksi
Sedangkan proyek YY di Blok Offshore North West Java (ONJW) gagal produksi tahun ini setelah terjadi kebocoran sumur YYA-1 pada 12 Juli 2019. Kebocoran sumur menyebabkan tumpahan minyak yang mencemari pesisir pantai Karawang hingga Kepulauan Seribu.
Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku operator blok tersebut akan menutup sumur YYA-1 secara permanen demi menghentikan tumpahan minyak. Biarpun begitu, SKK Migas mencatat ada sejumlah proyek migas yang bisa berproduksi hingga akhir 2019, diantaranya Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd dengan estimasi produksi 45 mmscfd dan investasi US$ 33 juta.
Ada juga proyek Bison-Iguana-Gajah Puteri yang dikelola oleh Premier Oil Natuna Sea B.V. Estimasi produksi sebesar 80 mmscfd dan estimasi investasi US$ 171 Juta.
Selanjutnya proyek Temelat yang dikelola oleh Medco E&P Indonesia diproyeksi berproduksi 10 MMscfd pada November 2019. Proyek tersebut menelan investasi sebesar US$ 11 Juta.
Kemudian, proyek Panen yang dikelola oleh PetroChina International Jabung Ltd. diproyeksi memproduksi minyak sebesar 2000 BOPD dan estimasi investasi US$ 17 juta. Ada juga proyek Kedung Keris oleh ExxonMobil Cepu Ltd. yang ditargetkan berproduksi sebesar 3,800 BOPD dengan estimasi investasi US$ 72 juta.
Terakhir, proyek Bukit Tua Phase-3 yang dikelola Petronas Carigali Ketapang II Ltd. SKK Migas menargetkan proyek tersebut berproduksi minyak sebesar 3.182 BOPD dan gas 31 MMSCFD. Estimasi investasi proyek tersebut mencapai US$ 15 juta.
(Baca: Eksplorasi dan EOR Jaga Asa Capai Produksi Minyak 1 Juta BOPD di 2030)