Aksi 'Perantara 8' Rolls-Royce yang Diduga Suap Petinggi Garuda

Maria Yuniar Ardhiati
21 Januari 2017, 12:00
Emirsyah Garuda
ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Inggris David Cameron menyaksikan penandatanganan kerja sama pembelian pesawat Airbus oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar di Istana Merdeka, Jakarta, 11 April 2012.

Seorang konsultan membuat laporan uji tuntas terhadap Perantara 8 pada 17 Februari 2011. Laporan ini dikeluarkan berdasarkan kebijakan baru Rolls-Royce untuk para perantara dengan risiko tinggi.  Laporan ini mengungkap kedekatan Perantara 8 dengan mantan Presiden Indonesia.

Namun, seorang pegawai Rolls-Royce dari departemen hukum dan kepatuhan diperingatkan: jika kerjasama dengan Perantara 8 dihentikan maka kesepakatan dalam kontrak TCA berpotensi gagal. Untuk mengklarifikasi persoalan tersebut, pegawai Rolls-Royce menemui Perantara 8 di Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Perantara 8 membantah melakukan pembayaran kepada sejumlah pegawai senior Garuda. Alhasil, status Perantara 8 diturunkan menjadi berisiko rendah dan kontrak CAA ditandatangani pada 18 Maret 2011.

Sejak akhir April hingga Mei 2011, Rolls-Royce berkali-kali mentransfer sejumlah dana ke rekening perusahaan Perantara 8. Total nilainya hampir mencapai US$ 1,5 juta atau sekitar Rp 20 miliar.

Pada Januari 2012, Perantara 8 mengirim dua tagihan. Pertama, meminta tambahan komisi untuk kontrak TCA 2008. Kedua, komisi untuk pengiriman mesin pada November 2011 untuk pesawat A330. Total nilainya lebih US$ 1 juta.

Sebulan kemudian, Rolls-Royce kembali meneken kontrak CAA dengan Perantara 8 untuk jangka waktu dua tahun berikutnya. Namun, seorang pegawai Rolls-Royce mendesak agar Perantara 8 diperiksa lagi sebelum perpanjangan kontrak.

Apalagi, SFO mulai mencium dugaan suap yang dilakukan Rolls-Royce.  Pada 29 Februari 2012, SFO meminta informasi dari Rolls-Royce mengenai dugaan korupsi mantan pegawai perusahaan tersebut.

Sementara itu, konsultan yang ditunjuk Rolls-Royce menerbitkan laporan lanjutan uji tuntas terhadap Perantara 8. Isinya ada beberapa poin. Pertama, Perantara 8 tidak banyak terlibat dalam industri penerbangan sebelum ditunjuk Rolls-Royce.

Kedua, Perantara 8 memiliki kedekatan dengan kroni mantan Presiden Indonesia, yang merupakan pegawai senior Garuda Indonesia. Ia juga memiliki hubungan erat dengan seorang pegawai senior Garuda lainnya.  

Ketiga, Perantara 8 menjadi makelar untuk tujuh kontrak antara Rolls-Royce dengan sejumlah maskapai lokal Indonesia, termasuk Sempati Air milik keluarga Presiden Soeharto. Meski begitu, laporan itu tidak menyebutkan adanya indikasi yang mengarah pada keterlibatan Perantara 8 dalam penipuan, korupsi, maupun kejahatan finansial.

(Baca: Emirsyah Satar: Saya Tidak Korupsi atau Menerima Suap)

Garuda Emirsyah
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar bersama Menteri Perhubungan EE Mangindaan menerima secara simbolis pesawat baru Airbus A330-200 di Bandara Soekarno Hatta, Banten, 24 Februari 2012. (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki)

Setelah melalui proses penyelidikan lanjutan, Rolls-Royce akhirnya memutuskan menghentikan semua aktivitas dengan Perantara 8 pada Maret 2012. Pembayaran terakhir kepada dua perusahaan Perantara 8 senilai total US$ 1 juta. Akun dua perusahaan tersebut kemudian ditutup pada 1 Juni 2012. Namun, antara 11 Juni 2012 dan 23 Mei 2014 terdapat sejumlah pembayaran dari rekening Perantara 8 kepada dua pejabat Garuda.

Dalam dokumen tersebut, SFO tidak menyebutkan identitas para pihak yang terlibat, termasuk Perantara 8. “Investigasi atas keterlibatan individu terus berlangsung,” tulis SFO dalam dokumennya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarif menyatakan, kasus ini bukanlah kejahatan korporasi. “Sebab yang mendapat keuntungan dari perbuatan ini bukan Garuda melainkan ESA (Emirsyah),” ujarnya.

Dalam menjalankan penyelidikan kasus ini, KPK mendapat bantuan dari Garuda yang telah memberikan bukti-bukti signifikan. Laode berharap kasus ini tidak mengganggu operasional Garuda sebagai maskapai Indonesia. “Garuda sangat kooperatif dan tindakan pidana ini bersifat individual."

Di sisi lain, Rolls-Royce telah menyampaikan permintaan maaf terkait dengan pengungkapan kasus suap di beberapa negara, termasuk Indonesia. "Perilaku yang ditemukan dalam investigasi SFO dan otoritas lainnya sangatlah tidak bisa diterima dan kami meminta maaf tanpa syarat atas hal itu," ujar Kepala Eksekutif Rolls-Royce, Warren East, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC, Kamis (19/1).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...