Pertamina Klaim Tak Dapat Untung dari Harga Premium

Safrezi Fitra
20 Januari 2016, 16:05
BBM Subsidi
Arief Kamaludin|KATADATA
BBM Subsidi KATADATA | Arief Kamaludin

“Kami menetapkan harga BBM dengan periode tiga bulan sekali. (perhitungan) Harga Januari ditetapkan berdasarkan harga rata-rata dari tanggal 25 September 2015 sampai dengan 24 Desember 2015,” ujar Rini.

Terkait dengan harga Premium yang ditetapkan pemerintah, bukan hanya DPR yang menganggap terlalu mahal. Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri pun menyatakan hal yang sama. Dia membandingkannya dengan harga bensin di Malaysia dan Amerika Serikat (AS).

Harga bensin RON 88 (Premium) yang kualitasnya rendah di Indonesia, masih lebih mahal dibandingkan bensin RON 95 (setara Pertamax Plus) yang dijual di Malaysia dengan harga Rp 5.973 per liter. Malaysia memang tidak menerapkan pajak BBM seperti di Indonesia. Namun, jika ditambahkan pajak pun harganya menjadi Rp 6.869 per liter. (Baca: Harga Solar Turun, Pertamina Masih Dapat Untung

“Berarti Rp 181 lebih murah ketimbang harga premium di Indonesia. Padahal beda oktannya tak kepalang, sebesar 7,” kata Faisal. Sementara di Indonesia, jika pajaknya dihapus pun harganya masih sebesar Rp 6.130 per liter. Di AS, harga bensin RON 92 (setara Pertamax) yang sudah dikenakan pajak, harganya hanya Rp 5.524 per liter.

Faisal menjawab adanya anggapan bahwa harga BBM di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Malaysia yang merupakan pengekspor minyak dan AS yang terkenal memiliki kilang paling efisien di dunia. Namun, kedua faktor tersebut ternyata tidak begitu signifikan. Harga bensin tanpa pajak di berbagai negara yang tidak memberikan subsidi BBM juga tidak jauh berbeda.

Harga eceran di Thailand dan India memang jauh lebih mahal ketimpang Indonesia. Tetapi, baik India maupun Thailand mengenakan berbagai macam pajak dan pungutan yang nilainya sekitar 50 persen dari harga eceran. Jadi, harga BBM tidak termasuk pajak di kedua negara itu tetap saja lebih murah ketimbang di Indonesia. “Perlu diingat, negara-negara lain nyaris tidak ada lagi yang menggunakan RON 88,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...