Survei ILO: 70% UMKM di Indonesia Setop Produksi Akibat Covid-19
Kemudian, satu dari lima perusahan atau sebanyak 21% responden mendiversifikasi produk sebagai respons terhadap permintaan baru, seperti masker dan sanitasi.
Namun, survei menunjukkan hanya 1 dari 5 perushaan yang berhasil diversifikasi produk. "Sehingga tidak mudah untuk diversifikasi," ujarnya.
Di sisi lain, banyak perusahaan mengurangi hasil kerja. Seperempat perusahaan mengatakan tidak dapat memiliki jumlah pekerja yang memadai untuk menjalankan operasional usaha mereka karena berbagai alasan, termasuk pembatasan akibat pergerakan.
(Baca: Pemerintah Gandeng Blibli Dorong Transaksi UMKM di Tengah Pandemi)
Permasalahan lainnya, permintaan konsumen anjlok di semua jenis usaha. Meski begitu, ada sejumlah produk dan jasa mengalami peningkatan permintaan.
"Sekitar 5% perusahaan yang disurvei menerima permintaan yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dan mengalami peningkatan produksi," ujar dia.
Ia pun mengatakan, 60% responden membutuhkan pelatihan rencana bisnis agar bisa bertahan di tengah pandemi. Selain itu, nasihat terkait penerapan keselamatan kerja juga diperlukan oleh pengusaha agar bisnis tetap berlanjut di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selain itu, pengusaha juga membutuhkan pelatihan cara diversifikasi produk dan pelatihan terkait berjualan secara daring.
ILO pun menyarankan, pemerintah dapat memberikan bantuan terkait keuangan UMKM. Meski pemerintah telah menggelontorkan stimulus fiskal, insentif tersebut baru dimanfaatkan oleh 30% UMKM.