Kendala Biaya yang Terus Cengkeram Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Rizky Alika
26 Maret 2021, 09:10
kereta cepat, KCIC, tiongkok, infrastruktur
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Kereta api melintas di samping proyek pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (27/5/2020). Sejumlah kendala dana terus mengantui proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) tersebut.

Kemudian pada 22 Oktober 2019, proyek ini menyebabkan pipa bahan bakar minyak Pertamina terbakar. Lokasinya di samping Jalang Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi), Jawa Barat. Jalur tol arah Cileunyi menjadi tersendat dan sempat ditutup sementara.

Insiden ini bahkan menewaskan satu orang warga negara asing dan pekerja proyek bernama Li Xuanfeng lantaran diduga terjebak saat mengoperasikan alat berat.

“Kebakaran diakibatkan adanya bored pile KCIC yang mengenai pipa bahan bakar Pertamina, yang menghubungkan Bandung-Cilacap,” kata Corporate Communication & Community Development Group Head, Dwimawan Heru Oktober 2019 lalu.

Selain itu proyek ini juga pernah menyebabkan gorong-gorong mampet sehingga membuat banjir tol Jakarta-Cikampek dan sekitarnya pada awal 2020.  Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat itu menuding proyek KCIC ini tidak memiliki Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).

“Amdal belum ada, proyek sudah dimulai, ya berdampak seperti ini,” kata Uu pada Februari 2010. Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akhirnya meminta KCIC menghentikan proyek selama dua pekan untuk evaluasi.

Terakhir, pandemi Covid-19 membuat proyek ini molor dari jadwal lantaran TKA dari Tiongkok tak bisa masuk RI. “Karena kondisi mitra Tiongkok, tenaga asing tidak bisa masuk. Jadi pasti ada delay,” kata Menteri BUMN Erick Thohir pada Maret 2020.

Semua kendala tersebut memaksa Kereta Cepat Jakarta-Bandung terus memundurkan jadwal operasi. Awalnya proyek ini ditargetkan beroperasi akhir 2020 sebelum molor ke Maret 2021. Terakhir, KCIC menetapkan target Jakarta dan Bandung tersambung kereta cepat pada 2022.

Meski ditimpa segudang masalah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap meminta proyek kereta cepat dilanjutkan lagi hingga lebih menguntungkan. Tak hanya itu, Presiden juga mengusulkan agar konsorsium pelaksana proyek ditambahkan oleh pihak Jepang.

Sebagaimana diketahui, KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN, dengan konsorsium Tiongkok. Mayoritas kepemilikannya dikuasai sinergi BUMN, yaitu 60 persen dan sisanya milik gabungan perusahaan Negeri Panda.

Adapun Pilar Sinergi BUMN terdiri dari PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), dan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Bertindak sebagai pemimpin konsorsium adalah Wika.

Sedangkan konsorsium Tiongkok terdiri dari China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp. Sebanyak 75 persen dana proyel berasal dari pinjaman China Development Bank. Sedangkan sisa 25 persen berasal dari ekuitas KCIC.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...