26 Lokasi Shalat Idul Adha Muhammadiyah Bandung dari Setiap Cabang
18. Ras Laffan/ Jln. Budiluhur No. 3
Imam/Khotib: Drs. H. Saud Effendie
19. Halaman SMA PGRI/ Jln Sukagalih
Imam/Khotib: KH. Suhada
20. Lapangan ABRA/ Jln. Cipedes Tengah
Imam/Khotib: KH. M. Ade Sajidin
21. Masjid At-Taqwa/ Jln. Cibarengkok
Imam/Khotib: Ust. H. Dindin Nasrudin
22. Masyariul Khair/ Jln. Sukagalih Gg. Sukabakti
Imam/Khotib: Ust. Ude Taryana, S.Pd.I.
23. Al-Huda/ Jln. Sampurna III No. 104
Imam/Khotib: Ust. Usep Supriatna, S.Pd.
24. Masjid Al-Hikmah (PRM Ledeng)/ Jln. Cidadap Hilir No. 55
25. PCM Sancang/ Masjid Raya Mujahidin
Imam/Khotib: Ust. Dede Kurniawan, S.Th.I.
26. Halaman Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB)
Imam/Khotib: Dr. Hendar Riyadi M.Ag
Itulah daftar lokasi shalat Idul Adha Muhammadiyah Bandung yang bisa dipertimbangkan. Untuk menghemat waktu, Anda bisa menuju titik terdekat agar tidak terlambat. Mengingat pelaksanaan shalat ied umumnya sekitar jam 6-7 pagi.
Sunnah Idul Adha
1. Mengumandangkan Takbir
Anjuran satu ini disunnahkan ketika menjelang dan sesudah Idul Adha. Tepatnya ketika matahari mulai terbenam (satu hari sebelum Idul Adha). Takbir sebaiknya dilafalkan hingga hari tasyrik (13 Dzulhijjah) tiba.
Diketahui bahwa di sejumlah daerah, takbir akan senantiasa dikumandangkan hingga hari tasyrik. Tepatnya setelah shalat wajib.
2. Mandi Besar sebelum Shalat Ied
Sunnah melaksanakan mandi besar juga berlaku untuk Idul Adha. Tujuannya yaitu mensucikan diri dan membebaskan tubuh dari najis dan hadas.
Diketahui bahwa anjuran ini diriwayatkan melalui hadits berikut:
“Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih)
3. Puasa Arafah
Puasa Arafah merupakan jenis puasa lain yang dianjurkan pada tanggal 9 Dzulhijjah, tepatnya satu hari sebelum Idul Adha tiba. Diketahui bahwa ibadah sunnah ini jatuh pada hari Arafah.
Melansir Almanhaj, hari Arafah merupakan hari yang paling utama sepanjang tahun Hijriyah. Sebagaimana hadits berikut ini:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ». فقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: “وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ”.
Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada hari–hari yang sepuluh ini”. Para sahabat bertanya, “Tidak juga jihad di jalan Allâh ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allâh, kecuali orang yang keluar mempertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatupun.” [HR al-Bukhâri no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafazh ini adalah lafazh riwayat at-Tirmidzi]
4. Menggunakan Pakaian Terbaik
Sunnah satu ini berangkat dari hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib RA berikut ini:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)
Dapat dipahami bahwa anjuran ini tidak mengacu pada pakaian baru. Melainkan yang layak pakai dan bersih. Maka dari itu, Anda tidak perlu merasa terbebani dengan mengenakan baju yang sudah pernah dipakai sebelumnya.