Cerita Kepala Sekolah Merasakan Kemudahan Platform Merdeka Mengajar

Anshar Dwi Wibowo
Oleh Anshar Dwi Wibowo - Tim Publikasi Katadata
6 Maret 2024, 08:00
Asnawir, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2, Tarakan, Kalimantan Utara, merasakan mendapatkan kemudahan dari Platform Merdeka Mengajar.
Dok Kemendikbudristek
Asnawir, Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2, Tarakan, Kalimantan Utara, merasakan mendapatkan kemudahan dari Platform Merdeka Mengajar.

Kemendikbudristek RI pun memahami hal itu dan kemudian menyediakan berbagai mekanisme untuk mengatasi persoalan yang beragam di masing-masing daerah. Di antaranya dengan adanya Komunitas Belajar dan penyediaan tiga opsi untuk melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka. 

Artinya, satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk memilih cara penerapan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan dengan opsi Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.

Kegiatan belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 2
Kegiatan belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 2 (Dok Kemendikbudristek)

Selain itu, pembentukan komunitas belajar dalam sekolah dan antar sekolah juga didorong supaya guru dapat saling berbagi praktik baik implementasi Kurikulum Merdeka.

Asnawir dan sekolahnya melakukan keduanya dengan baik. Ia tak hanya menjalankan tanggung jawab sebagai kepala sekolah, tetapi juga dedikasi untuk memajukan pendidikan di Kalimantan Utara. 

Saat itu, SMP Muhammadiyah 2 yang dipimpin Asnawir merupakan satu-satunya sekolah yang mendapatkan status “Mandiri Berbagi” dari Kemendikbudristek RI, yang berarti mendapat tanggung jawab untuk membimbing sekolah lain dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka.

Suasana pembelajaran kelas di SMP Muhammadiyah 2
Suasana pembelajaran kelas di SMP Muhammadiyah 2 (Dok Kemendikbudristek)

Terhitung semenjak Oktober 2022 hingga Oktober 2023 lalu, Asnawir sudah berkeliling mengunjungi lebih-kurang 490 sekolah. Jumlah sekolah itu terus bertambah karena tak sedikit sekolah lain yang memintanya datang memberikan bimbingan kepada para guru untuk memaksimalkan Platform Merdeka Mengajar (PMM). 

Asnawir memahami bahwa di lapangan terjadi perbedaan persepsi dalam menerapkan PMM, sehingga seringkali menimbulkan miskonsepsi tentang platform tersebut, bahkan tak jarang itu membuat banyak pihak merasa PMM hanya merepotkan guru. 

“Banyak kawan-kawan menggunakan PMM hanya untuk mengejar centang hijau. Akhirnya kita ajarin kawan-kawan itu menggunakan PMM. Baik fungsi mengajar, belajar, dan  bekerja, di PMM lengkap semua,” tuturnya.

Berbeda dengan miskonsepsi yang mengatakan PMM menambah beban, Asnawir justru mengalami sendiri hal sebaliknya. Platform digital ini justru membuatnya lebih fokus mengurus sekolah. 

Selain itu, Asnawir menekankan kepada para guru tentang pentingnya Komunitas Belajar. Kemendikbudristek mendorong adanya komunitas bagi guru untuk saling belajar justru agar terjadi praktik saling berbagi dan berkembang bersama dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka. 

Kegiatan Lokakarya Penggerak Komunitas Belajar Kota Tarakan
Kegiatan Lokakarya Penggerak Komunitas Belajar Kota Tarakan (Dok Kemendikbudristek)

“Kami buat mereka berkelompok dan kami ajari pola berkolaborasi di mana mereka kami suruh mendengarkan video-video itu sampai tuntas. Kalau sudah ditonton sampai selesai, mereka pun dapat berbagi pemahaman,” katanya. 

Setelah mengunjungi ratusan sekolah, bahkan hingga dijuluki sebagai “Duta PMM”, Asnawir meyakini bahwa dampak baik Platform Merdeka Mengajar PMM hanya bisa dirasakan kalau kita punya keinginan untuk mendapatkan dan mempraktikkan ilmu baru. Bukan sekadar mencari centang hijau. “Lakukan dengan sabar,” tutupnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...