Pengamat Nilai Ketahanan Pangan Indonesia Buruk Karena Andalkan Impor

Rizky Alika
14 Juli 2020, 14:40
Ilustrasi, aktivitas pertanian. Pengamat pertanian menilai ketahanan pangan Indonesia tergolong buruk, karena masih terlalu mengandalkan impor.
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Ilustrasi, aktivitas pertanian. Pengamat pertanian menilai ketahanan pangan Indonesia tergolong buruk, karena masih terlalu mengandalkan impor.

Oleh sebab itu, memacu produksi dalam negeri menjadi satu-satunya jalan agar ketahanan pangan tak lagi semu. Jika tidak, maka krisis kelangkaan pangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah pada peristiwa Arab Spring, bisa terjadi di Indonesia.

Selain mendorong produksi dalam negeri, pemerintah juga perlu mendorong tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keterjangkauangan pangan oleh masyarakat. Faktor ini, menjadi kunci keberhasilan Singapura meningkatkan ketahanan pangan.

Mengacu data The Economist Intelligence Unit Desember 2019, ketahanan pangan Singapura tercatat sebesar 87,4 poin. Sementara, Malaysia mencapai 73,8 poin, Thailand 65,1 poin, Vietnam 64,6 poin, dan Indonesia 62,6 poin.

Di sisi lain, indeks ketahanan pangan global atau Global Food Security Index (GFSI) Indonesia terus mengalami perbaikan pada 2015-2019. Pada 2015, indeks ketahanan pangan tersebut sebesar 46,7.

Level GFSI Indonesia kemudian meningkat menjadi 50,6 pada 2016, dan 51,3 pada 2017. Lalu, meningkat menjadi 54,8 pada 2018, dan 62,6 pada 2019.

(Baca: Indef: Pemerintah Harus Diversifikasi Komoditas pada Lumbung Pangan)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...