Raksasa Teknologi dan Unicorn Bantu RI Atasi Defisit Talenta Digital

Desy Setyowati
8 April 2022, 14:33
talenta digital, raksasa teknologi, amazon, microsoft, google, unicorn, goto, bukalapak, goto, gojek, tokopedia
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pameran startup teknologi dan inovasi industri anak negeri di Hall B JCC, Jakarta, pada Kamis (3/10/2019).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, Indonesia kekurangan 400 ribu – 500 ribu talenta digital per tahun. Pemerintah dibantu oleh raksasa teknologi dan para unicorn untuk mengatasi hal ini.

Berdasarkan riset McKinsey dan Bank Dunia, Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital selama 2015 hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu tenaga ahli di bidang siber per tahun.

Namun hanya 20% dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki program studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Sedangkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja dengan keterampilan teknologi yang mumpuni saat ini. Hal ini karena Tanah Air ingin meraup potensi maksimal dari ekonomi digital.

Selain itu, Indonesia akan menghadapi bonus demografi ketika 70% populasi didominasi oleh Gen Z dalam beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, Erick mendorong generasi muda untuk terampil, kompeten dan melek teknologi.

"Pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya mengandalkan sumber daya alam (SDA), tapi harus diperkuat dengan knowledge based economy yang tumbuh dari hasil inovasi atau kapabilitas untuk mendongkrak kondisi ekonomi itu sendiri," kata Erick dalam Webinar 'Pekan Milenial Naik Kelas', Selasa (5/4).

Raksasa Teknologi Bantu RI Atasi Defisit Talenta Digital

Indonesia pun dibantu oleh raksasa teknologi dan para unicorn dalam mengatasi defisit talenta digital. Amazon Web Services (AWS) misalnya, menyediakan pelatihan digital lewat program AWS re/Start.

Program tersebut telah diselenggarakan di 40 negara. Di Indonesia, AWS bekerja sama dengan Orbit Future Academy.

Country Manager Indonesia AWS Gunawan Susanto mengatakan, AWS dan Orbit Future Academy menggelar AWS re/Start selama 12 pekan. Program menyasar talenta digital Indonesia di 25 provinsi, dengan syarat minimal lulusan SMA atau sederajat.

Program bersifat gratis dan terbuka bagi individu tanpa pekerjaan tetap maupun pekerja paruh-waktu untuk membangun keterampilan di bidang cloud. Namun, AWS tidak menyebut target jumlah peserta program.

"Dalam pelatihan ini kami mengenalkan fundamental teknologi informasi (IT) dan teknologi cloud dari AWS," kata Gunawan dalam konferensi pers virtual, Kamis (7/4).

Pelatihan itu juga memfasilitasi keterampilan pemrograman, jaringan, keamanan, dan basis data relasional. Pelatihan dilaksanakan melalui proses pembelajaran berbasis skenario dunia nyata, lab praktik, dan penugasan. 

Pada akhir program, lulusan akan memiliki keterampilan teknis, komunikasi, dan pengelolaan diri. Lulusan juga dipersiapkan mendapatkan sertifikasi AWS Certified Cloud Practitioner (CCP).

Gunawan mengatakan, Orbit Future Academy akan mendukung para lulusan dengan keterhubungan pemberi kerja tingkat lokal. Lulusan program AWS re/Start juga dipersiapkan untuk bisa bekerja di bidang cloud tingkat pemula misalnya operasional, keandalan situs, dan dukungan infrastruktur.

Kementerian Kominfo juga bekerja sama dengan AWS menggelar program pelatihan Digital Leadership Academy tahun ini. Program ini bertujuan mengatasi defisit talenta digital di Indonesia, terutama di sektor pemerintahan.

Kominfo juga menggandeng beberapa universitas global yakni National University of Singapore, Tsinghua University, Cornell University, Massachusetts Institute of Technology, University of Oxford, Harvard Kennedy School, Imperial College London, dan University of Cambridge.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kominfo Hary Budiarto menyampaikan, peserta akan mendapatkan pelatihan kemampuan digital dari AWS, universitas, serta kementerian dan lembaga.

"Kami menargetkan 550 orang peserta pada 2022," kata Hary dalam konferensi pers virtual pada akhir bulan lalu (31/3).

Peserta pelatihan terpilih merupakan gabungan dari berbagai sektor, baik publik dan privat. "Ini terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di kementerian dan lembaga, TNI, Polri, DPR, DPD, DPRD, akademisi, BUMN, BUMD, serta C level dari sektor privat," ujar Hary.

Menteri Kominfo Johnny G Plate mengatakan, program Digital Leadership Academy merupakan bentuk kesiapan sektor pemerintahan dalam merespons perubahan zaman. "Ini perlu didorong dan dilaksanakan sesegera mungkin, terlebih Indonesia mempunyai potensi ekonomi digital yang besar," ujarnya.

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai ekonomi digital Indonesia US$ 70 miliar atau Rp 997 triliun pada 2021. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 146 miliar atau sekitar Rp 2.080 triliun pada 2025.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...