Kisah Patrick Walujo Investasi di GOTO: Di AS Perusahaan Rugi tapi IPO
Pendiri perusahaan pengelola dana (private equity firm) Grup Northstar, Patrick Walujo, menyatakan bahwa ada banyak startup rugi yang mencatatkan saham perdana alias IPO di Amerika Serikat (AS). Grup Northstar merupakan salah satu investor GoTo.
GoTo mencatatkan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 6,47 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Ini berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit, sampai 31 Maret 2022.
Kerugian tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,81 triliun.
PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi IPO di Bursa Efek Indonesia pada April (11/4). Saat melantai, harga sahamnya Rp 338 per lembar. Pada siang hari ini nilainya Rp 352 per saham.
“Facebook, Google, Netflix, semuanya mulai seperti itu. Belum untung,” kata Patrick dalam acara Leader Talks Unpar, dikutip dari YouTube Unpar Official, Senin (30/5). “Di AS, banyak perusahaan rugi yang go public.”
Namun kemudian, perusahaan-perusahaan itu memanfaatkan dana yang diperoleh dari IPO untuk tumbuh. “Pertumbuhan tinggi, volume besar, unit ekonomi menjadi bagus, keuntungan datang,” tambah Patrick.
Begitu pun dengan decacorn yang ia suntik, Gojek. “Saya terlibat sebagai investor di Gojek sejak hari pertama, investor pertama,” ujar Patrick. “Saya tanya ke Nadiem Makarim, butuh berapa? US$ 2 juta. Hitungan kami, pasti untung.”
“A few later, it's not profitable, tapi nilai perusahaannya naik. Kenapa? Karena diperhitungkan Nadiem bisnis awalnya kecil. Baru di Jakarta dan pengemudi sedikit. Tetapi permintaan dari minggu ke minggu 100% saat itu,” kata dia.
Ia memahami bahwa Gojek membutuhkan dana untuk menggaet lebih banyak pengemudi. Dengan begitu, permintaan konsumen bisa dipenuhi.
“Ini susah beberapa tahun terakhir, karena pesaing kami ‘bakar uang’ banyak sekali. Mereka mau mematikan (bisnis) kami,” ujar Patrick. “Hari ini bisnis ride-hailing atau berbagi tumpangan profit.”
Induk Gojek, GoTo membukukan pendapatan bersih Rp 1,49 triliun pada kuartal pertama atau naik 65,48% yoy. Angka ini diperoleh dari pendapatan bruto Rp 5,23 triliun, setelah dikurangi biaya promosi kepada pelanggan Rp 3,73 triliun.
Entitas gabungan Gojek dan Tokopedia itu mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi Rp 1,21 triliun dari tahun sebelumnya Rp 693,14 miliar. Beban penjualan dan pemasaran tercatat naik dari Rp 431,49 miliar menjadi Rp 3,30 triliun.
Sedangkan beban umum dan administrasi naik dari Rp 697,33 miliar menjadi Rp 2,58 triliun.
CEO GoTo Andre Soelistyo mengatakan, nilai transaksi atau gross transaction value (GTV) naik 46% yoy menjadi Rp 140 triliun. Sedangkan pendapatan bruto naik 53% menjadi Rp 5,2 triliun.
“Ke depan, kami akan memperbaiki monetisasi (segmen e-commerce dan on-demand)," kata Andre dalam konferensi pers, Senin (30/5). Fokus pada monetisasi ini turut berkontribusi pada perbaikan marjin EBITDA 70 basis poin.
Jumlah pengguna yang bertransaksi setahun terakhir juga tumbuh 29% yoy, dengan rata-rata pembelanjaan meningkat 18% yoy. Jumlah pesanan tumbuh 41% yoy menjadi lebih dari 656 juta pesanan.
"Kami baru bergabung setahun dan akan terus berinvestasi secara bijak, memperkuat sinergi dengan memperbesar skala ekonomi, serta meningkatkan efisiensi biaya," katanya.
Segmen bisnis layanan on-demand seperti GoRide, GoCar hingga GoFood berkontribusi paling besar terhadap pendapatan bruto, yakni Rp 10,27 triliun atau naik 37,2% yoy. Lini e-commerce atau Tokopedia menyumbang Rp 6,26 triliun, naik hampir dua kali lipat.
Kemudian layanan teknologi finansial menyumbang Rp 1,16 triliun. Nilainya menyusut dari kinerja tahun sebelumnya Rp 1,17 triliun. Pendapatan bruto dari segmen lainnya juga susut menjadi Rp 293,98 miliar dari Rp 900,8 miliar.