Outlook 2023: Tren Startup PHK di Indonesia Akankah Berakhir?

Desy Setyowati
3 Januari 2023, 06:45
startup, outlook 2023
Freepik
Ilustrasi.

Jumlah startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK di Indonesia terus bertambah tahun ini. Total pegawai yang terkena dampak mencapai ribuan. Namun tren ini dinilai belum mencapai puncaknya.

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyampaikan, tren startup PHK terjadi karena investor semakin berhati-hati dalam memberikan pendanaan.

Ia memperkirakan, tren startup PHK cenderung berkurang ketika iklim pendanaan (fundraising) membaik. “Mungkin saat suku bunga mulai turun,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu. 

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk ‘e-Conomy Southeast Asia 2022’ pun menunjukkan, modal tersedia atau dry powder investor model ventura Asia Tenggara US$ 15 miliar tahun ini. Nilainya menurun dibandingkan tahun lalu US$ 16 miliar.

Modal ventura diperkirakan hanya berinvestasi di startup portofolio atau yang sudah didanai ketimbang menjelajahi perusahaan rintisan baru.

Meski begitu, Eddi menyampaikan bahwa langkah efisiensi startup di tengah ketatnya pendanaan, bukan hanya dengan PHK. Caranya bisa dengan:

  • Pengurangan anggaran atau bujet pemasaran
  • Mengurangi peluncuran fitur produk
  • Menunda ekspansi

Sedangkan Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menilai, tren PHK sangat tergantung pada kondisi startup itu sendiri.

"Kondisi market terkoreksi masih terjadi dan diprediksi terus berlanjut sampai tahun depan," kata Edward kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (15/12).

Tren PHK bukan hanya terjadi pada perusahaan teknologi Indonesia, tetapi juga global. Rinciannya sebagai berikut:

Di Tanah Air, rerata startup yang melakukan pengurangan jumlah karyawan bergerak di sektor yang sudah ‘matang’ atau memiliki valuasi besar.

Menurutnya, fokus para startup kini bukan lagi hanya pertumbuhan yang cepat. Melainkan, "kembali ke fundamental. Model bisnis yang di anggap inti dan menghasilkan, akan menjadi perhatian lebih," ujarnya.

"Pengembangan inovasi juga berpusat ke core business dan core value mereka," tambah Edward.

Rincian startup yang melakukan PHK sejak awal tahun hingga 19 Desember, sebagai berikut:

  1. Xendit
  2. Carsome
  3. Shopee Indonesia
  4. Grab
  5. Tokocrypto
  6. MPL
  7. Lummo
  8. Tanihub
  9. Mamikos (belum ada konfirmasi)
  10. Zenius (dua kali PHK)
  11. JD.ID (Mei dan Desember 30% atau 200 orang)
  12. Line
  13. Beres.id
  14. Pahamify
  15. LinkAja
  16. SiCepat
  17. Yummy Corp (belum ada konfirmasi)
  18. Bananas
  19. Ruangguru
  20. GoTo 12% atau 1.300 orang
  21. KoinWorks
  22. Ajaib
  23. OYO 10% dari total atau 250 orang
  24. Sayurbox 5%
  25. Ula 23% atau 134 orang
  26. Sirclo 8% karyawan
  27. Glints 18%
  28. Shipper 8% atau 65 orang
  29. Tokocrypto

Executive Director ICT Institute Heru Sutadi menilai bahwa puncak startup PHK belum terjadi. “Ini belum puncaknya, karena kami belum tahu apa yang akan terjadi pada 2023,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (25/11).

Sedangkan sejumlah ekonom memprediksi terjadi resesi global tahun depan. Hal ini tentu akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.“Jika benar 2023 ekonomi gelap, otomatis startup satu per satu akan meneruskan proses efisiensi, termasuk mengurangi pegawai dalam jumlah besar,” ujar dia.

Startup Untung, Tapi PHK

Data Kementerian Ketenagakerjan menunjukkan, jumlah karyawan yang terkena PHK sejak awal tahun hingga Oktober mencapai 11.626. Meski begitu, jumlahnya lebih rendah dibandingkan 2020 atau tahun pertama pandemi corona, yang mencapai hampir 400 ribu.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...