Wawancara Eksklusif Swiss Re: Bisnis Asuransi Berubah saat Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
1 April 2021, 07:00
Eksklusif Wawancara Swiss Re: Perubahan Bisnis Asuransi saat Pandemi
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Karyawan melintasi logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Sayangnya, perlu terjadi bencana seperti pandemi terlebih dahulu untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya proteksi asuransi. Dengan lingkungan dan peluang seperti ini, masyarakat sebenarnya lebih banyak melakukan riset online tentang produk asuransi.

Penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah, bagaimana cara atau pendekatan terbaik untuk menyasar konsumen di Indonesia?

Untuk menjangkau populasi besar dan pelanggan, Anda tidak bisa hanya bergantung pada satu saluran. Apa yang Anda butuhkan yakni omni-channel

Omni berarti beberapa saluran distribusi untuk menjangkau pasar massal. Di sini kita berbicara tentang agen atau broker, yang merupakan saluran tradisional. 

Kita juga berbicara tentang perbankan, asuransi bank. Mereka dapat menjangkau nasabah bank yang mendapatkan informasi tentang asuransi dari pegawai. Perusahaan asuransi dapat memasarkan produknya melalui bank.

Tentu Anda juga bisa menggunakan digital.

Yang Anda butuhkan yakni omni-channel, karena terkadang nasabah asuransi menghubungi perusahaan melalui channel digital. Perusahaan asuransi juga bisa menjangkau mereka dengan menjelaskan produk dan kebutuhan, melalui telepon.

Bagaimana Anda melihat hubungan antara perusahaan asuransi dan startup asuransi saat ini?

Asuransi adalah industri yang sudah ada sejak lama. Saluran distribusi tradisional selama ini yakni agen. 

Semakin mapan perusahaan asuransi, maka akan memiliki infrastruktur seperti itu. Ini karena butuh waktu dan tenaga untuk membangun infrastruktur.

Sedangkan startup asuransi cenderung menggunakan digital untuk masuk pasar, karena infrastrukturnya berbeda.

Anda adalah pelanggan muda yang paham digital. Kemudian perusahaan startup ini mengincar jenis pelanggan seperti ini. Sedangkan perusahaan mapan menyasar segmen pelanggan lama yang sudah berkeluarga.

Baik perusahaan asuransi yang sudah mapan maupun startup, minat terhadap digital sangat kuat. Maka menurut saya, digital adalah masa depan. 

Pembatasan saat pandemi telah menunjukkan kepada seluruh industri, pentingnya memiliki saluran yang membuat pelanggan menjangkau melalui sarana digital.

Bagaimana Anda memproyeksikan industri asuransi digital di Indonesia dalam satu atau dua tahun ke depan?

Berdasarkan survei pelanggan digital, kami menanyakan apa yang penting bagi mereka? Proteksi seperti apa yang penting bagi mereka?

Selain itu, kami berusaha mencari tahu bagaimana cara mereka membeli produk tersebut.

Dalam beberapa tahun ke depan, semakin banyak edukasi dan ketersediaan produk yang sederhana. Menurut saya, sangat penting memiliki produk yang mudah dipahami dan premium yang terjangkau. 

Jadi, orang-orang harus mampu membeli produk perlindungan yang penting bagi mereka terlebih dahulu. Biasanya, produk digital cenderung lebih sederhana dan terjangkau, serta akan meningkatkan penetrasi asuransi di pasar.

Bagaimana pendapat Anda tentang produk potensial untuk industri asuransi?

Pada masa pandemi, masyarakat mulai memikirkan tentang proteksi asuransi terutama kesehatan (health insurance). Kesehatan merupakan salah satu bidang yang menarik nasabah.

Selain itu, Covid-19 adalah kondisi penyakit kritis. Oleh karena itu, masyarakat mulai tertarik dengan produk (perlindungan dari) penyakit kritis.

Hal lain, ketika orang sakit, mereka tidak bisa pergi bekerja. Menurut saya, penggantian pendapatan (income replacement) adalah bidang lain yang meningkatkan lebih banyak pertanyaan.

Bagaimana industri asuransi dapat mengoptimalkan peluang pasar di Indonesia?

Yang terpenting, mereka harus tetap berhubungan dengan pelanggan. Mereka perlu memahami kebutuhan pelanggan. Lalu, menyediakan cara untuk menjangkau dengan cara yang sangat mudah atau sederhana, yakni omni-channel.

Ini bukan tentang menjual terlebih dulu. Yang utama yakni pendidikan.
Penyedia asuransi memiliki kesempatan untuk melihat kembali dan membuktikan masa depan seluruh rantai nilai mereka.

Penjaminan berdasarkan data (data-driven underwriting) juga dapat membantu perusahaan asuransi memenuhi tujuan tertentu. Ini juga memungkinkan perusahaan asuransi memasukkan faktor gaya hidup dengan lebih baik ke proses penilaian dan manajemen risiko kehidupan dan kesehatan.

Teknologi seperti apa yang dibutuhkan industri asuransi? Apakah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), big data, dan lainnya?

Semua hal itu sangat penting. Data jelas penting. Ini memungkinkan kami merancang produk yang sesuai dan membantu dalam menentukan harga.

AI juga sangat penting. Dilengkapi dengan big data, membantu Anda memahami pelanggan dan kecenderungan untuk membeli.

Jika ingin mendorong pelanggan membeli secara online, Anda harus memastikan keamanan dan mudah digunakan.

Kolaborasi antara semua perusahaan digital dan asuransi juga penting. Pada akhirnya semua perusahaan tidak bekerja sendiri.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...