Bank Dinilai Makin Butuh Cloud karena Transaksi Uang Elektronik Naik

Fahmi Ahmad Burhan
7 September 2020, 17:27
Bank Dinilai Makin Butuh Cloud karena Transaksi Uang Elektronik Naik
ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Ilustrasi, warga menggunakan fasilitas layanan perbankan digital di Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Selain masalah regulasi, tantangan pengembangan teknologi cloud lainnya yaitu keamanan. President Director IBM Indonesia Tan Wijaya mengatakan, adopsi cloud oleh perbankan memang masih tergolong rendah.

Namun, permintaan penggunaan layanan berbasis teknologi ini meningkat 10% lebih saat pandemi virus corona.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, risiko serangan siber pun meningkat. “Data perbankan bisa dicuri," katanya.

Berdasarkan riset IBM, serangan siber secara global melonjak 6.000% selama kuartal I tahun ini. Di Indonesia, korporasi yang diincar peretas (hacker) yakni e-commerce.

Sedangkan perbankan diprediksi semakin banyak bertukar data dengan sektor lain, seperti e-commerce dan fintech. "Pertukaran data harus aman," ujarnya.

IBM mengklaim telah menerapkan prinsip keep your own key (KYOK) untuk pelanggannya, termasuk perbankan. Layanannya juga tersertifikasi FIPS 140-2 Level 4. "Perbankan akan tetap menjadi pihak yang punya kuncinya. Fintech maupun e-commerce itu menerima data, tapi tidak menerima kunci," ujarnya.

Tan mengatakan, adopsi cloud oleh perbankan memang masih tergolong rendah. Namun, peluang bagi perbankan mengadopsi cloud cukup besar. Bahkan, layanan berbasis teknologi ini meningkat 10% lebih saat pandemi Covid-19.

Perusahaan mencatat, sejauh ini ada tiga sektor yang paling banyak mengaplikasikan cloud yakni telekomunikasi, manufaktur, dan teknologi digital seperti e-commerce atau fintech.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...