Gojek dan Grab Bersaing Ketat Sasar UMKM dan Warung saat Pandemi

Desy Setyowati
11 September 2020, 14:25
Gojek dan Grab Bersaing Ketat Sasar UMKM dan Warung saat Pandemi
sentavio/123RF
Iluatrasi

Head of GrabKios Agung Nugroho sempat mengungkapkan bahwa pendapatan mitranya meningkat sejak bergabung. “Sekitar 30-40%,” kata dia, pada November tahun lalu (7/11).

Secara keseluruhan, Gojek dan Grab memanfaatkan ekosistemnya untuk menyediakan solusi bisnis dari hulu ke hilir bagi pelaku UMKM, termasuk warung. Aplikasi Gojek telah diunduh hampir 190 juta kali di Asia Tenggara, sementara Grab lebih dari 198 juta kali. Grab menggaet sembilan juta mitra pengemudi dan agen di lebih dari 394 kota di delapan negara. 

Potensi Pasar UMKM saat Pandemi Covid-19

Gojek mengungkapkan rencananya memperkuat layanan bagi UMKM, saat memperoleh pendanaan dari PayPal dan Facebook pada awal tahun ini. Para ahli mengatakan, perusahaan teknologi global butuh pemahaman lokal yang mendalam terkait pasar, jika ingin berhasil di Asia Tenggara. Gojek dinilai menjadi jalan bagi Facebook dan PayPal untuk merambah pasar Indonesia.

“Pasar kami secara fundamental terdiri dari UKM,” kata CEO GoPay Aldi Haryopratomo saat wawancara dengan jurnalis CNBC Internasional Saheli Roy Choudhury, pada Juni lalu (11/6). “Apa yang ingin kami lakukan yakni membantu pedagang melewati masa krisis ini. Apakah itu dengan menyediakan layanan pesan-antar makanan, logistik, pembayaran, dan bahkan akses ke platform.”

Grab juga menyadari bahwa UMKM semakin masif beralih ke digital saat pandemi Covid-19. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, sekitar 40% UMKM di Asia Tenggara sudah beralih ke layanan online.

"Di Indonesia hanya 13% yang sudah digital," kata Neneng kepada Katadata.co.id, Juni lalu (11/6). Sedangkan berdasarkan survei Grab, 76% mitra yang bermigrasi ke layanan digital masih membutuhkan visibilitas online, salah satunya pemasaran digital.

Senior Managing Director Grab Financial Group Reuben Lai mengatakan, UKM berkontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN. “Dua pertiga UKM menyebut pendanaan bisnis dan pembiayaan sebagai masalah terbesar mereka,” kata dia dikutip dari siaran resminya, Maret lalu.

Kedua decacorn itu pun terus mengeluarkan program dan layanan-layanan baru yang menyasar UMKM di tengah pandemi virus corona ini. Grab mencatat ada lebih dari 150 ribu mitra baru per pertengahan Agustus. Mereka bergabung melalui layanan GrabBike, GrabCar, dan GrabFood.

Selain itu, puluhan ribu pedagang pasar tradisional masuk ekosistem Grab melalui GrabMart dan GrabAssistent. Maka, totalnya lebih dari 32 ribu.

Sedangkan Gojek mencatat adanya 120 ribu UMKM yang bergabung dalam empat bulan terakhir.

Presiden Komisaris SEA Group Pandu Sjahrir juga sempat mengatakan, UMKM ibarat 'cawan suci' alias holy grail di berbagai sektor digital, baik fintech maupun e-commerce. "Semakin besar perkembangan UMKM, semakin besar perkembangan ekonomi Indonesia di luar Jakarta dan itu penting sekali," ujar Pandu dalam acata Bicara Data Virtual Series: Episode Baru Bisnis Startup Akibat Covid-19, Juni lalu (12/6).

Apalagi, pemerintah berfokus memberikan stimulus kepada UMKM untuk mendorong pemulihan ekonomi. Itu karena UMKM menyumbang hampir 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini tecermin pada Databoks di bawah ini:

Sedangkan jumlah UMKM di Indonesia dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Riset dari International Data Corporation (IDC) dan Cisco menunjukkan, digitalisasi UMKM dapat meningkatkan pendapatan negara. Setidaknya PDB bisa bertambah US$ 160 miliar-US$ 164 miliar (Rp 2.372,6 triliun-Rp 2.432 triliun) pada 2024.

Pemerintah pun menargetkan 10 juta UMKM untuk masuk ekosistem digital hingga akhir tahun ini. Regulator juga menggelontorkan sejumlah stimulus untuk UMKM, yang nilainya dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Secara umum, besarnya ceruk di warung kelontong terungkap pada riset Euromonitor International. Pada tahun lalu mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong.

Dari total nilai pasar retail US$ 521 miliar, sebanyak US$ 479,3 miliar atau 92 % di antaranya merupakan transaksi toko kelontong. Lihat bagan Databoks di bawah ini:

Sebelum ada pandemi corona, riset CLSA menunjukkan bahwa startup termasuk para unicorn bakal bertarung menggaet warung konvensional. Apalagi, pandemi mempercepat proses transformasi pola belanja masyarakat dari online ke offline (O2O).

Kini, perusahaan-perusahaan teknologi mempercepat proses menggaet UMKM, untuk menyediakan layanan O2O.

warung kelontong
 



Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...