Penyebab Startup Singapura Lebih Dilirik Investor Ketimbang Indonesia

Desy Setyowati
14 Oktober 2020, 16:30
Menyingkap Sebab Startup Singapura Lebih Dilirik Investor Ketimbang Indonesia
Katadata
Ilustrasi

Selain itu, jumlahnya turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 30 perusahaan rintisan, menurut laporan DailySocial bertajuk ‘Startup Report 2019’.

Katadata.co.id mencatat, total nilai investasi ke startup pada kuartal I sekitar Rp 18,7 triliun, dengan adanya tambahan modal ke Gojek. Namun, 11 pendanaan tidak disebutkan nilainya.

Sedangkan total pendanaan yang diumumkan pada kuartal II mencapai Rp 1,4 triliun. Nilainya memang tampak menurun jika dibandingkan kuartal I, padahal jumlah kesepakatannya jauh lebih besar. Ini karena ada 11 yang tidak disebutkan nilainya, termasuk Gojek.

Kemudian nilai investasi kuartal III sekitar Rp 6,8 triliun, dengan 12 kesepakatan tidak disebutkan besarannya.

Infografik_Startup tetap banjir pendanaan saat pandemi
Infografik_Startup tetap banjir pendanaan saat pandemi (Katadata)

Sedangkan data Cento Ventures sepanjang semester I dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

Secara keseluruhan, Katadata.co.id mencatat ada 14 kali pendanaan ke startup fintech. Lalu diisusul oleh Software as a Services (SaaS) sebanyak delapan pendanaan, khususnya yang mendukung digitalisasi UMKM. Kemudian lima e-commerce dan empat pendidikan.

Sedangkan secara regional, Cento Ventures mencatat bahwa pendanaan ke bisnis vertikal perusahaan rintisan merupakan yang terbanyak. Berikut datanya:

Sedangkan startup kesehatan Indonesi yang digadang-gadang moncer tahun ini, hanya satu yang memperoleh pendanaan yakni Nusantics. Di Singapura, perusahaan sejenis yakni Biofourmis dan Doctor Anywhere mendapatkan dana segar saat pandemi corona.

Mitra pengelola Insignia Ventures Partners Yinglan Tan menilai, operasional perusahaan rintisan di Singapura stabil meski ada pandemi Covid-19. Selain itu, beberapa korporasi Tiongkok seperti Tencent dan TikTok berinvestasi di negara berlambang Singa ini. “Mereka menarik lebih banyak aktivitas investasi teknologi,” katanya dikutip dari DealStreetAsia, akhir pekan lalu (9/10).

Selain itu, ada beberapa startup Singapura yang wilayah operasionalnya mencakup Asia Tenggara seperti Grab. “Investor cenderung melihat ini sebagai keuntungan di tengah krisis,” kata Yinglan.

Hal itu dinilai menjadi daya tarik, ketika pertumbuhan ekonomi Singapura minus dua kuartal berturut-turut, atau disebut resesi. Sedangkan Indonesia minus 5,32% yoy pada kuartal II.

Morgan Stanley mencatat, investasi ke startup Indonesia memang kalah dibandingkan Singapura dalam empat tahun terakhir. Namun, mereka menilai bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan terus tumbuh.

“Itu berkat penetrasi ponsel pintar (smartphone) yang tinggi dan populasinya yang besar,” demikian dikutip dari laporan Morgan Stanley, pada pekan lalu (6/10).

Selain itu, Facebook dan Bain and Company memperkirakan konsumen digital di Indonesia meningkat dari 119 juta tahun lalu menjadi 137 juta pada 2020. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.

Nilai transaksi bruto atau GMV platform online di nusantara pun diramal US$ 26 miliar atau sekitar Rp 378,3 triliun tahun ini. Nilainya diprediksi menjadi US$ 72 miliar atau Rp 1.047,6 triliun pada 2025, yang awalnya diramal hanya US$ 48 miliar.

Sedangkan Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2019 memperkirakan, nilai ekonomi berbasis internet di Indonesia mencapai US$ 40 miliar tahun lalu. Nilainya diprediksi melonjak menjadi US$ 133 miliar pada 2025.

Di satu sisi, orang Indonesia lebih sering menggunakan layanan berbasis internet ketimbang negara lain. Mereka menghabiskan 4,5 jam sehari di ponsel, lebih lama dibandingkan India 3,75 jam dan Tiongkok 3,3 jam.

Atas dasar pertimbangan itu, Morgan Stanley memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi digital Indonesia berlanjut. Keterlibatan perusahaan teknologi juga dinilai dapat meningkatkan daya beli dalam jangka panjang, karena proses bisnis dibuat lebih efisien, transparan, dan mendorong inklusi keuangan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...