Pendanaan Turun, Unicorn di Asia Tenggara Semakin Mengejar Untung

Desy Setyowati
10 November 2020, 12:34
Pendanaan Turun, Para Unicorn Asia Tenggara Semakin Kejar Profit
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Ilustrasi, karyawan menghitung uang dolar di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/5/2020).

Begitu juga dengan Gojek. Meski perusahaan belum menanggapi permintaan tanggapan terkait transaksi selama pandemi corona, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mencatat bahwa layanan pesan-antar makanan meningkat.

LD FEB UI menyurvei 4.199 konsumen Gojek terkait penggunaan layanan pada September lalu. Sebanyak 65% dari mereka semakin sering menggunakan GoFood. Lalu 68% memakai GoPay, 57% paylater, dan 36% GoSend.

Alhasil, pengeluaran konsumen untuk membeli kebutuhan sehari-hari melalui GoMart meningkat 44%. Sedangkan belanja untuk pesan-antar makanan naik 26% dan transaksi menggunakan GoPay meningkat 8%.

Namun, konsumen mengurangi pengeluaran untuk layanan transportasi, khususnya ojek online 18%.

Selain decacorn, bisnis unicorn Tanah Air Traveloka mulai pulih. “Di tiga pasar domestik yang kami miliki yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam, pemulihan berjalan kuat,” kata President Traveloka Group Operations Henry Hendrawan dikutip dari Tech In Asia, Oktober lalu (20/10).

Di Indonesia, transaksi hotel mencapai sekitar 70-75% dibandingkan sebelum ada virus corona. Ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus, sebagaimana Databoks berikut:

Jumlah pengguna aktif mingguan di Android juga pulih dibandingkan penurunan tajam pada Maret lalu, meski masih jauh dibandingkan pra-pandemi.

Ia pun mengatakan, perusahaan akan mencapai titik impas (break even point/BEP) pada akhir tahun atau awal 2021, jika industri perjalanan pulih setidaknya 50% dibandingkan sebelum ada pageluk Covid-19. Selain itu, akan segera meraih keuntungan.

Sedangkan penggunaan layanan e-commerce seperti unicorn Tokopedia dan Bukalapak meningkat selama pandemi corona. Facebook dan Bain & Company memperkirakan, nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025, melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Tokopedia mencatat, jumlah penggunanya bertambah 800 ribu selama pagebluk virus corona. Sedangkan Bukalapak menyebutkan ada tambahan tiga juta lebih pelapak, serta mitra warung dan agen.

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan, transaksi di e-commerce naik lebih dari 110% dan jasa pengiriman makanan 15% lebih. “Kami juga melihat pertumbuhan pengguna baru yang substansial, yaitu 276%,” kata Karaniya kepada Katadata.co.id, Oktober lalu (27/10).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...