Tiga Operator dapat Frekuensi 5G, Adopsi Teknologi di RI Makin Dekat

Desy Setyowati
16 Desember 2020, 15:20
Operator Seluler Indonesia Bersiap Adopsi 5G pada Tahun Depan
Katadata
Ilustrasi

Telkomsel bahkan sudah menguji coba 5G dengan menggandeng Huawei pada 2017. Kemudian, perusahaan mematangkan kesiapannya dengan menggaet Huawei, Cisco, dan Ericsson pada tahun lalu.

Badan usaha milik negara (BUMN) itu juga melakukan fiberisasi. Telkomsel mengoperasikan lebih dari 209 ribu BTS per awal tahun. Sebanyak 131.499 di antaranya 3G, sementara 77.501 lainnya 4G.

“Arus utama infrastruktur yang dikejar yakni 5G,” kata Senior Manager Infrastructure, Research & Standarization Telkom Hazim Ahmadi dalam acara Indonesia Digital Conference 2020 yang digelar oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Selasa (15/12). Perusahaan juga berfokus menjadi telekomunikasi digital dengan mengembangkan pusat data dan komputasi awan (cloud).

Sedangkan Indosat menggandeng Huawei untuk membangun jaringan transport 5G berbasis segment routing IPv6 ( SRv6) pada awal bulan lalu. Perusahaan juga menggae Cisco dalam mengembangkan arsitektur jaringan Software-defined Networking (SDN) terkonvergensi dan SRv6.

“Kerja sama itu akan mewujudkan simplifikasi jaringan dengan biaya optimal, untuk memberikan layanan on demand berkualitas tinggi dan latensi rendah yang mendukung 5G, cloud dan Internet of Things (IoT) bagi pelanggan segmen bisnis dan retail,” kata Chief Technology and Information Officer Indosat Medhat Elhusseiny dikutip dari siaran pers, November lalu (10/11).

Pada Februari lalu, Wakil Direktur Utama PT Hutchison 3 Indonesia Danny Buldansyah mengatakan, perusahaan bakal membangun lebih banyak BTS dan fiberisasi pada tahun ini. “Kami sudah siap untuk 5G dari sisi peralatan dan jaringan," ujar dia saat konferensi pers di Jakarta, awal tahun (12/2).

Perusahaan di urutan pertama yang lolos seleksi lelang frekuensi 2,3 GHz, Smartfren juga sudah menguji coba 5G sejak tahun lalu. Operator seluler bernuansa merah ini berencana menyediakan layanan 5G untuk konsumen individu pada pertengahan tahun ini, tetapi terkendala pandemi corona. “Kami tunggu hingga Covid-19 mereda,” ujar VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo saat konferensi pers secara virtual, Juni lalu (17/6).

Keuntungan Adopsi 5G Bagi Operator Seluler

Analis Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing sudah memperkirakan Telkomsel, Smartfren, dan Hutchison 3 Indonesia lolos seleksi lelang frekuensi 2,3 GHz. Ini karena Telkomsel dan Smartfren memilik spektrum di rentang pita 2360 – 2390 MHz.

Namun, menurutnya tambahan spektrum itu baru akan dimanfaatkan untuk 4G. Meskipun pemerintah membuka tender ini agar perusahaan bisa mulai menawarkan 5G.

Spektrum frekuensi Telkomsel, XL Axiata, Smartfren, 3, dan Indosat sebelum dan sesudah lolos seleksi lelang spektrum 2,3GHz
Spektrum frekuensi Telkomsel, XL Axiata, Smartfren, 3, dan Indosat sebelum dan sesudah lolos seleksi lelang spektrum 2,3GHz (Trimegah Sekuritas)

Alasannya ada tiga. Pertama, Telkomsel dan Smartfren akan memiliki 40 MHz spektrum, karena lolos tender. Sedangkan frekuensi yang ideal untuk 5G yakni 100 MHz dan minimal 50 MHz.

Kedua, belum ada penggunaan (usecase) 5G yang masif di Indonesia. “Kebutuhan kecepatan internet tinggi meningkat, namun layanan 4G sudah cukup setidaknya untuk video streaming,” kata Sebastian dalam laporannya.

Terakhir, ponsel 5G relatif mahal di Indonesia. Untuk Samsung misalnya, yang termurah US$ 500 atau sekitar Rp 7 juta.

Riset Ericsson bertajuk ‘Ericsson Mobility Report 2020’menunjukkan, operator seluler Indonesia bisa meraup pendapatan US$ 8,2 miliar atau Rp 116,1 triliun pada 2030, jika mengadopsi 5G. Perusahaan teknologi bisa memperoleh US$ 44,2 miliar atau Rp 625,7 triliun dari masifnya digitalisasi pada 2030.

Sebanyak 39% di antaranya atau US$ 17,7 miliar (Rp 250,6 triliun) merupakan hasil adopsi 5G. Dari jumlah tersebut, 47% atau Rp 116,1 triliun menjadi ‘jatah’ perusahaan telekomunikasi.

“Akan tetapi, hanya operator seluler yang mau melihat peluang itu yang akan mendapatkan,” ujar Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal saat acara peluncuran ‘Ericsson Mobility Report 2020’ secara virtual, dua pekan lalu (8/12).

Studi ITB memperkirakan, penerapan 5G secara agresif dapat menambah produk domestik bruto (PDB) Rp 2.784 triliun pada 2030 dan Rp 3.549 triliun pada 2035. Nilainya sekitar 9,8% terhadap PDB nasional.

“Ini mengasumsikan bahwa semua pita frekuensi tersedia pada akhir 2021,” kata perwakilan LAPI ITB Ivan Samuels, September lalu (23/9).

Penerapan 5G juga dapat menciptakan 4,6 juta hingga 5,1 juta peluang kerja pada periode yang sama. Selain itu, meningkatkan produktivitas per kapita Rp 9 juta sampai Rp 11 juta.

“Kami estimasi, implementasi 5G yang agresif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 3,1% di luar proyeksi pemerintah,” ujar Ivan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan, Antara, Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...