Menteri BUMN Erick Thohir Sebut RI Akan Hadapi Dunia Virtual, Apa Itu?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan, raksasa teknologi seperti Facebook mulai beralih ke metaverse atau dunia virtual. Indonesia pun mau tidak mau akan menghadapi transformasi digital ini.
“Google, Facebook akan meluncurkan banyak drone (pesawat tanpa awak) di seluruh dunia, bukan satelit lagi,” kata Erick dalam acara Kick Off Indonesia Global Talent Internship (IGTI) 2021, Rabu (9/12). “Kita (Indonesia) siap tidak?”
“Jadi, ini ada dunia lain, bukan seperti di (acara) televisi. Ini sungguhan,” ujar dia.
Erick menjelaskan, dirinya berdiskusi dengan salah satu menteri muda dan mantan menteri mengenai metaverse. Salah satu tanda kehadiran dunia virtual yakni penggunaan blockhain dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
“Saya melihat blockchain dan AI, lebih seram lagi,” kata Erick. “ Ada dunia baru yang akan tercipta. Filososinya, desentralisasi keuangan. Pembayaran dengan kripto dan sistemnya, NFT.”
CNN melaporkan, NFT atau Non-Fungible Token adalah aset digital yang menggambarkan objek asli seperti karya seni, musik, atau item yang terdapat pada video dan game. Aset digital ini tidak dapat digandakan atau diganti.
NFT mengubah karya seni digital dan jenis barang koleksi lainnya menjadi satu-satunya. Dengan begitu, karya ini bisa diverifikasi keasliannya dan dapat diperdagangkan melalui blockchain.
Data DappRadar menunjukkan, penjualan NFT mencapai US$ 10,7 miliar atau sekitar Rp 152 triliun pada kuartal III. Nilainya meningkat delapan kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Apa Itu Metaverse?
Facebook, yang resmi berganti nama menjadi Meta, merupakan salah satu perusahaan yang berkomitmen untuk beralih menjadi penyedia layanan metaverse. Induk Instagram ini akan membangun dunia virtual menggunakan beragam perangkat berbasis virtual reality (VR) dan augmentend reality (AR).
“Metaverse adalah perbatasan berikutnya,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg saat presentasi di konferensi Connect Facebook yang diadakan secara virtual, dikutip dari Bloomberg, pada Oktober (29/10).
Zuckerberg menargetkan Facebook berubah menjadi perusahaan metaverse dalam lima tahun. "Kami pada dasarnya bergerak dari Facebook sebagai perusahaan media sosial menjadi perusahaan 'metaverse' pertama.”
Meta menggambarkan ‘metaverse’ sebagai teknologi yang memungkinkan orang-orang berkumpul dan berkomunikasi dengan memasuki dunia virtual. Zuckerberg berjanji bahwa metaverse akan memiliki standar privasi, kontrol orang tua, dan transparansi penggunaan data.
“Setiap orang yang membangun metaverse harus berfokus membangun secara bertanggung jawab sejak awal,” kata Zuckerberg. “Ini adalah salah satu pelajaran yang saya pelajari selama lima tahun terakhir.”
Salah satu aplikasi metaverse yang akan dikembangkan oleh Facebook yakni konser 3D atau tiga dimensi. “Anda merasa hadir dengan orang lain, seolah-olah berada di tempat lain. Memiliki pengalaman berbeda yang tidak dapat dilakukan di aplikasi atau halaman web 2D, seperti menari atau berbagai jenis olahraga,” ujar Zuckerberg.
Facebook juga sedang mengerjakan platform ‘kantor tanpa batas’ melalui VR. “Alih-alih panggilan telepon, Anda akan dapat duduk sebagai hologram di sofa saya, atau sebaliknya,” kata dia.
CMO Network, perusahaan yang berfokus pada teknologi komputasi baru, Cathy Hackl menggambarkan metaverse sebagai dunia virtual. Ini menjadi tempat alternatif bagi orang-orang untuk bekerja, bermain, dan bersosialisasi.
“Anda dapat menyebutnya metaverse, dunia cermin, AR Cloud, Magicverse, internet Spasial, atau Live Maps, tetapi satu hal yang pasti, itu akan datang dan ini adalah masalah besar,” kata Hackl dikutip dari The Forbes, pada Juli (5/7).
Ia mengatakan, saat ini, orang-orang hanya dapat merasakan internet ketika membuka ponsel pintar (smartphone), laptop, dan perangkat lainnya. Dengan metaverse, internet dapat dirasakan setiap waktu.
Menurutnya, metaverse yang dikembangkan oleh Facebook lebih dari sekadar istilah pada novel sci-fi Neal Stephenson. Saat ini, metaverse adalah ruang virtual bersama di mana orang diwakili oleh avatar digital, seperti film Ready Player One.
Dalam acara KTT Global VRARA, Head of Trend Scouting Nokia Leslie Shannon mengatakan bahwa metaverse adalah puncak dari semua yang dikembangkan pada AR dan VR.
“Ini adalah ide untuk mengambil informasi tentang hal-hal, lokasi, atau peristiwa sejarah dan benar-benar menemukan informasi itu di luar sana di dunia yang paling relevan,” kata dia.
Di dunia virtual atau metaverse, orang tidak akan berkeliaran secara individual. Mereka akan memiliki koneksi dengan orang lain, bahkan NPC otonom dan hologram.
Setiap orang juga bisa mencoba barang yang ingin dibeli secara virtual. Ini artinya, produsen harus merancang merek (brand) untuk konsumen pada tingkat kekayaan berbeda.