Laba Microsoft dan Induk Google Anjlok
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) Microsoft dan induk Google, Alphabet melaporkan penurunan laba pada kuartal III. Harga saham mereka pun melorot.
Induk Google, Alphabet mencatatkan penurunan laba hampir 30% menjadi US$ 13,9 miliar atau sekitar Rp 216,8 triliun. “Harga sahamnya turun sekitar 7% pada perdagangan Selasa (25/10),” demikian dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (26/10).
Pendapatan Alphabet melambat dari 41% pada kuartal III 2021 menjadi 6% tahun ini. Hal ini karena belanja iklan online turun berkelanjutan.
“Penurunan belanja online kali ini termasuk yang terlemah selain periode awal pandemi corona,” demikian dikutip.
Sedangkan rincian pendapatan induk Google sebagai berikut:
- Laba per saham (EPS): US$ 1,06 atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis Refinitiv US$ 1,25
- Pendapatan: US$ 69,09 miliar atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis Refinitiv US$ 70,58 miliar
- Pendapatan iklan YouTube: US$ 7,07 miliar atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 7,42 miliar. Pendapatan iklan YouTube turun sekitar 2% dibandingkan US$ 7,21 miliar tahun lalu.
- Pendapatan Google Cloud: US$ 6,9 miliar atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 6,69 miliar. Namun kerugian naik dari US$ 644 juta menjadi US$ 699 juta.
- Biaya perolehan dari traffic atau Traffic Acquisition Costs (TAC): US$ 11,83 atau lebih rendah dibandingkan perkiraan analis StreetAccount US$ 12,38
- Pendapatan iklan keseluruhan US$ 54,48 miliar
Chief Business Officer untuk Google Philipp Schindler mengatakan, perusahaan melihat kemunduran dalam pembelanjaan iklan pencarian dari area tertentu seperti asuransi, pinjaman, hipotek, dan cryptocurrency.
Induk Google pun berencana mengurangi perekrutan pekerja. Perusahaan mengatakan total jumlah pegawai penuh waktu naik dari 150.028 tahun lalu menjadi 186.779.
CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan, penambahan jumlah karyawan pada kuartal keempat akan jauh lebih rendah daripada kuartal ketiga. “Sebab perusahaan berfokus pada memoderasi pertumbuhan biaya operasional,” ujar dia.
"Langkah kami memperlambat laju perekrutan akan menjadi lebih jelas pada 2023," kata Pichai.
Google juga membatalkan perilisan generasi berikutnya dari laptop Pixelbook. Selain itu, memotong dana untuk inkubator in-house Area 120.
Bulan lalu, Google juga menutup layanan game digital Stadia.
Pendapatan Microsoft
Sama seperti induk Google, laba Microsoft turun 14% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$17,6 miliar. Ini karena pendapatan perusahaan hanya tumbuh 11% menjadi US$ 50,1 miliar pada kuartal III.
“Terakhir kali pertumbuhan pendapatan Microsoft selambat ini adalah Kuartal I 2017. Saat itu, pertumbuahnnya hanya 12%,” demikian dikutip dari The New York Times, Rabu (26/10).
Rincian pendapatan Microsoft sebagai berikut:
- Penjualan sistem operasi (OS) Windows yang diunduh pada komputer baru turun 15%
- Pendapatan dari layanan komputasi awan (cloud) Azure naik 35% atau 42% tanpa fluktuasi mata uang. Ini sedikit di bawah perkiraan perusahaan.
- Pendapatan keseluruhan untuk langganan Office 365 komersial Microsoft naik 11%.
Microsoft mengatakan, perang Rusia dan Ukraina serta gejolak ekonomi di Inggris membuat dolar AS sangat kuat. Hal ini menekan pendapatan mereka US$ 2,3 miliar.
“Menghapus fluktuasi mata uang, bisnis Microsoft pun hanya tumbuh 16%,” demikian dikutip. Microsoft memperkirakan kondisi sulit ini berlangsung dalam waktu lama.
Saham Microsoft turun lebih dari 6% pada perdagangan kemarin (25/10).