Upaya Mengurangi Emisi dari Sektor Swasta

Shabrina Paramacitra
Oleh Shabrina Paramacitra - Tim Riset dan Publikasi
3 Oktober 2022, 13:55
Terkait upaya mencapai nol emisi, Kadin fokus kepada industri massal yang memiliki dampak luas, yakni industri tekstil, penghasil kertas, serta makanan dan minuman.
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Terkait upaya mencapai nol emisi, Kadin fokus kepada industri massal yang memiliki dampak luas, yakni industri tekstil, penghasil kertas, serta makanan dan minuman.

Beberapa perusahaan di Indonesia secara aktif mulai memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT). Namun, menurutnya, mereka tetap membutuhkan lebih banyak opsi mengenai sumber EBT, serta insentif keuangan atas inisiatif pemanfaatan EBT.

Jalan Terjal Menuju Nol Emisi

Dunia bisnis global begitu terbiasa menggunakan energi berbasis fosil dan batu bara yang tak dapat diperbarui dan akan segera habis stoknya. Penggunaan batu bara misalnya, sudah dilakukan selama 250 tahun sejak era revolusi industri di Eropa.

Namun, komitmen dalam Paris Agreement yang menyatukan visi dekarbonisasi global baru berlaku efektif pada 2016, dengan target rata-rata kenaikan suhu bumi tidak melewati ambang batas 1,5 derajat celsius. Hanya ada waktu 34 tahun sebelum 2050 bagi warga dunia untuk membenahi sistem pengelolaan energi.

“Kalau kita hanya menerapkan business as usual, ya kita akan menjadi free rider. Kita butuh terobosan agar business tidak usual,” ujar Yusrizki.

Ia menambahkan, saat ini Kadin sedang membangun inisiasi pembuatan indeks iklim pertama di pasar modal Indonesia. Indeks tersebut akan menjadi ruang bagi investasi hijau. Ekosistem investasi hijau dari pasar modal bisa dimanfaatkan untuk mendukung pendanaan korporasi yang berkomitmen kepada upaya dekarbonisasi.

Inisiasi ini dilakukan bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dan akan diluncurkan pada November 2022. Dukungan dari pasar modal akan sangat membantu proses transisi energi dari sektor swasta. Selain itu, dukungan dari perbankan juga dibutuhkan agar upaya transisi energi dapat lebih cepat dilakukan.

Sementara itu, Head of Sustainability & Corporate Affairs PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus memaparkan, secara internal pihaknya memiliki rencana aksi transisi iklim (climate transition action plan / CTAP). CTAP tersebut menargetkan pengurangan emisi pada 2030, dan pencapaian nol emisi pada 2039. Target-target ini, menurutnya, bukan hal yang mudah.

“Kalau kita melihat untuk perbaiki diri sendiri (Unilever), ya kami bisa melakukannya dengan financing kami secara internal. Tapi tantangan yang besar di sini adalah gotong royong dengan mitra kami agar semuanya bergerak ke arah nol emisi pada tahun 2039,” kata Nurdiana.

Ia mengungkapkan, sejauh ini Unilever mulai memanfaatkan bahan bakar biomassa dan panel surya. Perseroan juga bekerja sama dengan 300 penyuplai utama perusahaan untuk mengurangi emisi dari aktivitas usaha yang dilakukan.

“Pada 2030, kami akan seratus persen net zero carbon, secara internal. Kemudian kami jangkau para mitra, pemasok, dan distributor,” ujarnya. Setelah menggandeng para mitra utama, Unilever juga akan mengarahkan agar seluruh pelaku rantai pasok produksi dan distribusi Unilever peka terhadap isu perubahan iklim.

Salah satunya, Nurdiana memberi contoh, adalah para petani. Mereka diberi pendampingan oleh perseroan agar menerapkan usaha yang peka terhadap risiko lingkungan. “Supaya mereka memahami cara bercocok tanam yang lebih climate smart dan climate resilient. Harus paham pendaur ulangan air, misalnya,” imbuhnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...