Bappenas Targetkan Pemulihan 1,6 Juta Ha Gambut hingga 2024

Amelia Yesidora
2 Februari 2023, 14:26
Petugas pemadam kebakaran dan relawan PMI melakukan proses pendinginan lahan gambut yang terbakar di Desa Natai Baru, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (2/1/2023). Berdasarkan data BPBD Kotawaringan Barat kebakaran hutan dan laha
ANTARA FOTO/Ario Tanoto/mz/wsj.
Petugas pemadam kebakaran dan relawan PMI melakukan proses pendinginan lahan gambut yang terbakar di Desa Natai Baru, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (2/1/2023).

Sayangnya,  analisis peta lahan gambut nasional pada 2011 hingga 2019, Indonesia kehilangan sekitar 175.000 hektare lahan gambut per tahun. Nilai ini setara dengan 1,3% dari total lahan per tahun. Menurut dokumen tersebut, faktor utama kerusakan gambut adalah drainase ekosistem gambut yang membuat lahan rentan terbakar. 

“Hal ini berujung pada tingginya risiko kebakaran hutan gambut yang menyebabkan adanya emisi karbon dan kehilangan lapisan gambut. Lahan tersebut pun menjadi tidak produktif,” tulis dokumen ini. 

Mangrove pun mengalami deforestasi. Berdasar analisis data Peta Penutupan Lahan 2015-2020, rata-rata laju kerusakan ekosistem mangrove sebesar 26.121 hektare. Angka ini jauh lebih besar dari laju deforestasi di negara-negara Asia Tenggara lain, sebesar 9.535 hektare per tahun. 

Selang waktu 10 tahun terakhir, penyebab deforestasi mangrove terbesar adalah alih fungsi pembukaan tambak, baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, alih fungsi pembukaan tambak dimulai dengan alih fungsi menjadi lahan dengan vegetasi rendah.

Profesor IPB University sekaligus Principal Scientist Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Murdiyarso menjelaskan konservasi lahan basah berbeda dengan hutan pada umumnya. Lahan basah butuh waktu lebih lama untuk terbentuk, bila dibandingkan dengan lahan kering seperti hutan. Daniel bahkan pernah menemukan gambut berusia 13.500 tahun. 

“Jadi kenapa konservasi itu penting? Karena ini barang antik. Rusaknya mangrove dan gambut yang tidak dikonservasi berarti peradaban juga rusak. Kita bangsa Austronesia identik dengan mangrove,” jelasnya. 

Pengelolaan mangrove dan gambut ini tidak berhenti hingga 2024. Strategi ini akan diinternalisasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. 

Terdapat empat aspek utama yang akan disasar, mulai dari meningkatkan tutupan lahan, menurunkan emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan perekonomian.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...