Banjir Insentif dari Pemerintah untuk Membumikan Mobil Listrik

Sorta Tobing
8 September 2020, 13:51
mobil listrik, hybrid, otoritas jasa keuangan, luhut binsar padjaitan, ojk
123RF.com/Petovarga
Ilustrasi. Pemerintah memberikan berbagai insentif untuk menggenjot industri mobil listrik.

Bagi Toyota, potensi itu terlihat dari peluncuran Corolla Cross pada bulan Agustus lalu. Ada 70% Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) yang diteken untuk model elektrifikasinya. Sejak 2009 hingga semester pertama 2020, Toyota telah menjual lebih dari 2.300 unit mobil listrik di Indonesia.

Percepatan pengembangan mobil listrik bakal semakin memberikan kemudahan bagi pelaku pasar. Henry melihat ada potensi besar di Indonesia pada pengadaan transportasi ramah lingkungan ini. “Tendensi terhadap pemilihan jenis kendaraan elektrifikasi juga tumbuh baik. Harapannya, pasar semakin terbentuk dan makin mudah untuk menentukan target penjualan nya ke depan,” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Head of Corporate Communication Astra International Boy Kelana melihat adanya peluang permintaan besar untuk produk hybrid dalam jangka pendek serta memandang positif rencana percepatan pengembangan mobil listrik oleh pemerintah.

“Kami berharap agar insentif dapat diberikan tidak hanya untuk produsen EV, tapi juga kepada industri komponen, terutamanya untuk produsen baterai dan industri pendukung lainnya,” ujar Boy.

Pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai, pada awal tahun ini memasarkan mobil listrik bernama Ioniq di negara ini. Deputy Marketing Director PT Hyundai Mobil Indonesia Hendrik Wiradjaja mengatakan mobil berjenis sedan liftback itu dijual seharga Rp 569 juta dan berstatus off the road

Para pembeli harus menunggu tiga bulan untuk membeli mobil tersebut karena didatangkan secara completely build-up (CBU) dari Korea Selatan. “Ioniq sudah diperkenalkan sebelumnya. Kini kami siap melayani peminat yang ada,” kata Hendrik beberapa waktu lalu.

Pada pekan lalu, Nissan meluncurkan SUV kompak bertenaga listrik, yaitu All-New Nissan Kicks e-POWER di Indonesia pada pekan lalu. Konsumen bisa mulai memesan mobil ini dengan harga Rp 449 juta (on the road DKI Jakarta) mulai 2 September dan pengiriman ke konsumen dimulai Oktober 2020.

Perusahaan otomotif Jepang itu pun berencana menghadirkan mobil listrik LEAF ke Indonesia pada paruh pertama 2021. Peluncurannya sejalan dengan langkah perusahaan untuk fokus ke segmen kendaraan listrik. "Elektrifikasi akan menjadi salah satu fokus utama kami di Indonesia," ujar Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia Isao Sekiguchi kepada Antara.

Perlu Insentif Lainnya untuk Mobil Listrik

Salah satu pengembangan di industri hulu kendaraan listrik yang tengah dilakukan pemerintah adalah pembangunan pabrik baterai lithium di Morowali, Sulawesi Tengah. Proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 4 miliar atau Rp 59 triliun (kurs Rp 14.790 per dolar AS) itu akan menggandeng beberapa perusahaan otomotif multinasional, mulai dari LG, Volkswagen, hingga Mercedes Benz.

Pembangunan pabrik ini bakal memenuhi produksi 400 ribu kendaraan listrik per tahun. Pemerintah menargetkan 20% dari produksi kendaraan Indonesia pada 2025 merupakan kendaraan listrik.

Upaya pemerintah menggenjot industri mobil listrik, menurut pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, masih belum mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen utama sektor ini. Dengan akselerasi yang dilakukan pemerintah, pemain besar dalam bisnis mobil listrik di Indonesia akan didominasi perusahaan asing.

“Indonesia merupakan pasar yang sangat seksi bagi mereka. Lalu, kebijakan-kebijakan baru yang akan diluncurkan pemerintah juga sangat menguntungkan bagi pemain besar bisnis ini,” katanya.

Agar dilirik masyarakat, Yannes memaparkan pemerintah harus mencari celah menekan harga baterai pada mobil listrik. Harga komponen ini mencapai lebih 40% pembentuk harga kendaraan. “Pemerintah perlu mencari insentif untuk menjadikan harga baterai lebih kompetitif,” ucapnya.

Saat ini produksi baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik terkonsentrasi di empat negara, yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Korea Selatan, dan Polandia. Tiongkok merupakan produsen terbesar baterai lithium ion dunia, dengan kapasitas 16,4 Gigawatt hour (GWh) pada 2016. Produksi baterai lithium-ion Tiongkok ini diprediksi akan mencapai 107,5 GWh pada 2020.

Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif bagi pengguna kendaraan bermotor listrik untuk mengerek permintaan. Kebijakan ini dapat berupa pengecualian dari peraturan lalu lintas, misalnya pembebasan melewati jalur ganji-genap, keringanan pajak kendaraan bermotor (PKB), hingga subsidi baterainya. “Tujuan utamanya agar menarik minat masyarakat awam membeli mobil listrik,” katanya.

Kebijakan pajak kendaraan bermotor pun perlu disesuaikan. Semakin polutif, makin tinggi pula pajaknya. Kondisi ini, menurut Yannes, dapat membuat banyak orang beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke beremisi nol karbon.

Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...