Simalakama Penerapan Biodiesel untuk Turunkan Emisi Karbon

Image title
18 November 2020, 16:44
biodiesel, bbn, bahan bakar nabati, bbm, biofuel, b30, b40, emisi karbon, kementerian esdm, lingkungan
123RF.com/Sergey Galushko
Pemakaian biodiesel berpotensi menaikkan emisi karbon karena bahan bakunya berasal dari minyak sawit mentah.

Kasus kebakaran hutan akibat pembukaan lahan perkebunan sawit masih terus terjadi. Artinya, emisi karbon pun meningkat. "Kalau ada kebakaran hutan gambut karena pembukaan lahan, berarti biodiesel sebenarnya menaikkan emisi, bukan menurunkan," ujarnya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, perlu peninjauan kembali implementasi biofuel. Aspek keberlanjutan harus menjadi prioritas utama apabila pemerintah ingin memakai CPO sebagai pengganti BBM.

Pemerintah dan Pertamina sebagai offtaker perlu konsisten menerapkan NDPE untuk sumber CPO yang menjadi bahan baku BBN. NDPE adalah no deforestation, no peat, no exploitation alias tidak membakar hutan, tidak di lahan gambut, dan tidak mengeksploitasi.

Jika sumber CPO berasal dari lahan hutan primer dan gambut, maka jejak karbonnya akan tinggi dan tidak efektif untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. "Jadi, syarat utama supaya ada dampak pada penurunan emisi adalah kandungan emisi dalam produk biodiesel lebih rendah dari BBM yang disubstitusi," ujarnya.

Dalam hitungannya produksi minyak sawit mentah akan naik seiring peningkatan pemakaian BBN. Produksi minyak sawit Indonesia saat ini sekitar 51 juta hingga 52 juta ton per tahun. Produk yang dominan dihasilkan adalah CPO sebesar 47 juta ton. Ekspornya di 2019 sebesar 37,3 juta ton.

Untuk kebutuhan B30 atau B40 perkiraannya di angka 12 juta sampai 13 juta ton per tahun sampai 2025. Sedangkan pemakaian CPO untuk oleochemicals dan makanan mencapai 10 juta hingga 11 juta ton per tahun, dengan asumsi pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun.

Dengan begitu, Fabby memperkirakan kebutuhan CPO dalam negeri untuk biodiesel, oleochemical, dan makanan di 2025 dapat mencapai 25 juta sampai 27 juta ton. Kenaikan produksinya sekitar 25% dari angka saat ini untuk mencapai 60 juta ton, termasuk untuk kebutuhan ekspor.

Apabila penambahan produksi itu melalui pembukaan lahan baru, maka dampak negatifnya akan sangat besar bagi lingkungan. Pemerintah perlu membatasi hal ini dan mendorong intensifikasi produksi.

Saat ini produktivitas kebun sawit di Indonesia baru 70% dibandingkan Malaysia. “Jadi, masih ada ruang peningkatan produksi kelapa sawit tanpa perlu membuka lahan baru,” kata Fabby.

Kebakaran Hutan
Ilustrasi. Kebakaran hutan untuk perkebunan sawit. (Ardiles Rante / Greenpeace)

Harga CPO Semakin Mahal

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat program mandatori biodiesel selama ini bagaikan buah simalakama. Dari sisi impor, program ini membuahkan hasil lantaran bisa mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil.

Di sisi lain, peningkatan konsumsinya di masa depan berpotensi semakin mempercepat deforestasi. Penggundulan hutan dapat mengganggu ekosistem dan juga kondisi lingkungan.

Selain itu, dia juga mencatat persoalan lain terkait harga CPO. Proyeksinya akan semakin naik, lebih tinggi daripada BBM.

Pemerintah sebaiknya mulai melakukan riset untuk memanfaatkan potensi tanaman lainnya yang bisa menjadi untuk biofuel. "Saya sebenarnya mendukung program ini karena terbukti bisa mengurangi impor. Tapi perlu dipikirkan ke depan seperti apa solusinya sehingga tidak memberatkan masing-masing pihak," ujarnya.  

Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Dharma mengatakan minyak sawit merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia. Sebagian besar produknya masuk ke India, Italia, dan negara lainnya.

Ekspor tersebut menyumbang besar ke devisa negara. Lalu, implementasi biodiesel mampu menurunkan impor BBM. Namun, pemerintah perlu mengatur agar pemanfaatan CPO tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

Ia menyebut perlu data dan kajian tepat terkait batas penggunaan FAME pada campuran solar. “Supaya tidak perlu penambahan wilayah perluasan kebun dan untuk keseimbangan kawasan hutan alam,” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...