Tesla, MIND ID, & Antam Akan Bahas Proyek Baterai Listrik Pekan Depan
Seto mengatakan Tesla berencana masuk dalam dua bagian bisnis baterai. Pertama, produksi baterai lithium ion. Kedua, pembuatan energy storage system.
ESS merupakan sistem penyimpanan energi hingga puluhan megawatt. Teknologi ini dapat dipakai untuk menopang beban puncak (peaker) pembangkit atau ketika permintaan listrik melebihi penggunaan rata-rata. “(Penyimpanan energinya) bahkan sampai 100 megawatt,” kata Seto.
Indonesia Battery Corporation
Tesla, CATL, dan LG Chem akan masuk dalam proyek holding baterai negara ini, bernama Indonesia Battery Corporation atau IBC. Di dalam perusahaan induk tersebut ada empat badan usaha milik negara (BUMN) bergabung, yaitu MIND ID, Antam, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Holding baterai itu akan menggarap pengembangan baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut Indonesia Battery Corporation akan mendukung rantai pasokan kendaraan listrik. "Kami berharap IBC sebagai holding bisa terbentuk di semester pertama tahun ini," kata Pahala beberapa waktu lalu.
Ada pula proyek untuk mendukung bisnis baterai yang sedang PT Freeport Indonesia kerjakan. Perusahaan tambang asal AS ini akan membangun pabrik pemurnian atau smelter tembaga. Produk hilirisasi tersebut merupakan bahan baku pembuatan baterai.
Rencananya, Freeport akan bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, Tsingshan Steel dan Huayou Group. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ketiga perusahaan akan menandatangani kontrak senilai US$ 2,8 miliar atau Rp 39,2 triliun. “Ini akan melahirkan turunan pabrik pipa dan kawat tembaga, mungkin sampai US$ 10 miliar (sekitar Rp 140 triliun),” ucapnya.