Potensi Besar Sistem Penyimpanan Energi RI dalam Bidikan Tesla

Image title
9 Februari 2021, 17:27
tesla, ess, energy storage system, baterai listrik, kendaraan listrik, energi baru terbarukan, elon musk
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
Ilustrasi. Tesla, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, tertarik berinvestasi pada bisnis baterai dan sistem penyimpanan energi (ESS) di Indonesia.

Guru besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia Profesor Iwa Garniwa mengatakan ESS sebenarnya serupa dengan baterai. Yang membedakan adalah kapasitasnya. 

Biasanya, dalam sistem kelistrikan dibutuhkan keandalan agar pasokannya mampu bertahan meskipun terjadi fluktuasi beban dan gangguan lainnya. Fungsi ESS adalah menopang sistem yang goyah. Fungsi lainnya adalah menyimpan kelebihan listrik pada pembangkit. 

Sebanyak 22 sistem yang tersebar di seluruh Indonesia, menurut dia, mayoritas keandalannya rendah. Banyak juga pembangkit listrik yang bersifat intermitten (sumber energinya tidak tersedia terus-menerus) seperti PLTS dan PLTB. “ESS akan membantu semua ini,” ucap Iwa. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyebut apabila Indonesia jadi basis produksi ESS, maka kontribusi rantai pasoknya secara global akan meningkat. "Ini adalah industri masa depan," ucapnya.

Dengan kehadiran sistem itu untuk menyimpan energi listrik, maka persaingan dengan pembangkit diesel  berbahan bakar solar semakin ketat. “Kehadirannya juga bisa mempercepat penggunaan energi terbarukan, khususnya di luar Jawa yang elektrifikasinya masih rendah," ucap Bhima.

TESLA-RESULTS
Ilustrasi mobil listrik Tesla.  (ANTARA FOTO/REUTERS / Mike Blake/pras/dj)

Antam Terbuka Kerja Sama dengan Tesla

Sekretaris perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Kunto Hendrapawoko mengatakan pihaknya sebagai bagian dari MIND ID akan mendukung upaya pemerintah. Terutama dalam meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis. 

Perusahaan terbuka dalam menjalin kemitraan dengan partner strategis untuk proyek hilirisasi berdasarkan profitabilitas menguntungkan. “Termasuk kapabilitas akses pasar dan pendanaan untuk mengembangkan produksi mineral dari cadangan perusahaan," ucapnya.

Antam saat ini tengah bernegosiasi dengan LG Energy Solution, spin off usaha dari LG Chem, untuk proyek pabrik baterai. Diskusinya masih berkutat pada kepastian pasokan bahan baku baterai. LG Chem ingin memastikan pasokan bahan baku untuk pembuatan baterai mencukupi hingga beberapa tahun ke depan. 

Produsen baterai listrik terbesar dunia asal Negeri Panda, Contemporary Amperex Technology atau CATL, juga akan ikut bergabung dalam proyek baterai tersebut. CATL bahkan telah menandatangani komitmen investasi sebesar US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun. 

Keduanya bersama Tesla akan masuk dalam proyek holding baterai negara ini, yang bernama Indonesia Battery Corporation atau IBC. Selain MIND ID dan Antam, perusahaan pelat merah atau BUMN lain yang masuk adalah Pertamina dan PLN.

Indonesia berpotensi mengembangkan industri baterai karena memiliki sumber daya alam yang melimpah. Menurut data Kementerian BUMN, negara ini menguasai 30% cadangan nikel dunia, bahan baku baterai EV. Jumlahnya setara dengan 21 juta ton.

Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut target pembentukan induk usaha itu pada semester pertama 2021. Konsorsium  ini membentuk perusahaan patungan dengan mitra potensial asing lainnya, termasuk dari Eropa.

Modal awal untuk mendirikan holding baterai tersebut mencapai US$ 50 juta atau sekitar Rp 700 miliar. Lalu, investasi keseluruhannya mencapai US$ 13,4 miliar hingga US$ 17,4 miliar (sekitar Rp 188 triliun sampai Rp 244 triliun).

Sebagai tahap awal, pada 2021 sampai 2023, Indonesia Battery Corporation akan mengerjakan konstruksi pabrik-pabrik hulu, termasuk smelting dan refining

Langkah kedua, pengerjaan konstruksi pabrik baterai untuk kendaraan roda dua dan sistem penyimpanan energi (energy storage system atau ESS). Ketiga, perusahaan akan memulai manufaktur EV skala kecil dengan mengimpor sel baterai.

Selanjutnya, untuk menjadi global player bahan baku baterai, maka di 2024 hingga 2026 perusahaan mengerjakan konstruksi pabrik baterai. Sumber energi ini ditujukan untuk kendaraan roda dua dan empat serta ESS. Kemudian, Indonesia Holding Battery akan memulai produksi hulu dan peningkatan skala manufaktur untuk kebutuhan domestik. 

Di 2027, perusahaan akan melakukan ekspansi kapasitas untuk menjadi pemain global dan regional baterai kendaraan listrik. Lalu, konsorsium BUMN tersebut akan melakukan ekspansi kapasitas pabrik baterainya. Langkah terakhir adalah pendirian pabrik daur ulang atau recycling untuk skala regional dan global. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...