Indonesia Ditargetkan Ekspor Hidrogen Hijau Mulai 2030

Rena Laila Wuri
4 Januari 2024, 14:02
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom.
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023).

Pada tahap ini, produksi dan kebutuhan pasar domestik dapat dipenuhi secara imbang dan Indonesia bahkan akan mulai mengekspor hidrogen pada 2040 dan setelahnya. 

Berdasarkan pemodelan NZE yang dikembangkan oleh Kementerian ESDM, permintaan hidrogen rendah karbon dari berbagai sektor diproyeksikan akan tumbuh pada tahun 2031 - 2060.

Target Ekspor Pertamina NRE 2027

Sebelumnya, Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro mengatakan Pertamina NRE menargetkan untuk menjadi pionir di pasar Asia Tenggara sebelum tahun 2027. Pertamina NRE menargetkan untuk mulai melakukan ekspor hidrogen bersih ke pasar internasional dan paralel menggarap pasar domestik pada tahun 2027 hingga 2030.

“Dan mulai tahun 2031 Pertamina NRE berambisi untuk menjadi eksportir hidrogen bersih dan memimpin ekonomi hidrogen di Indonesia,” kata Dannif dalam forum EBTKE Conex pada Rabu (12/7/2023).

Dia mengatakan, Indonesia memiliki lokasi yang strategis di dekat pusat permintaan dan potensi hub hidrogen regional yaitu Jepang, Korea, Singapura. Selain itu, Indonesia mempunyai potensi sumber daya energi terbarukan yang besar dan belum termanfaatkan.

Sebagai perbandingan, Australia diperkirakan akan dapat memproduksi hidrogen pada harga US$ 1,7 per kg hidrogen pada 2030, sedangkan konversi ke amonia dan biaya pengiriman dari Australia kemungkinan akan mencapai US$ 2-3 per kg. Oleh karena itu, total biaya impor hidrogen dari Australia diperkirakan sekitar US$ 3,7-4,7 per kg. 

Negara-negara seperti Chili menargetkan untuk menjual hidrogen pada harga sekitar US$ 1,5 per kg pada 2030. Mempertimbangkan hal tersebut, apabila Indonesia berencana untuk mengekspor hidrogen, Indonesia harus dapat bersaing dengan negara-negara lain yang dapat menghasilkan hidrogen rendah karbon yang lebih murah.

Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), komitmen investasi terbesar di skala global untuk pengembangan energi hidrogen berasal dari Jerman, yakni mencapai US$10,3 miliar pada 2021.

Sedangkan di kawasan Asia, komitmen investasi paling besarnya berasal dari Jepang, yakni US$6,5 miliar.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...