Ekspor Biodiesel ke Eropa Anjlok 70%, Bagaimana Prospeknya Tahun Ini?

Tia Dwitiani Komalasari
28 Februari 2024, 05:35
Foto udara pekerja menggunakan alat berat untuk menumbangkan pohon kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (29/4/2023). Data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), realisasi program peremajaan sawit rakyat
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Foto udara pekerja menggunakan alat berat untuk menumbangkan pohon kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (29/4/2023). Data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) sejak tahun 2016 hingga 30 Juni 2022 baru mencapai 256.744 hektar dari target pemerintah seluas 540.000 hektar hingga tahun 2024.

Selain itu, Uni Eropa juga melancarkan tuduhan anti-dumping dan mengenakan biaya masuk tambahan atas produk bioenergi, khususnya sawit. Terbaru, Uni Eropa juga menerapkan EUDR, yaitu regulasi yang mencegah impor produk-produk pertanian dan hutan terkait deforestasi ilegal.

"Berbagai tantangan tersebut telah menurunkan ekspor biodiesel kita hingga 70%," ujarnya.

Jisman mengatakan, perkembangan bioenergi tidak selalu berjalan mulus. Di dalam negeri, berbagai tantangan dihadapi oleh industri bioenergi, mulai dari aspek kebijakan, teknologi, ekonomi, infrastruktur, keberlanjutan suplai, hingga penerimaan masyarakat. Setiap aspek memainkan peran penting dalam perjalanan menuju net zero mission.

Selain itu, industri bioenergi juga menghadapi tantangan biaya produksi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar Fosil. Di sisi lain, pemerintah juga memiliki kerterbatasan dalam memberikan insentif dan infrastruktur.

Dia mengatakan, pemerintah dan industri perlu duduk bersama untuk memetakan, mengidentifikasi, dan menganalisis tantangan yang dihadapi oleh industri bioenergi. Tantangan yang cukup kompleks seringkali memerlukan pendekatan yang terpadu dan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.

"Tantangan dari sisi sustainability of feedstock, jaminan ketersediaan sumber daya energi yang berkelanjutan, serta tidak bersaing dengan produksi pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan pupuk adalah sebuah tantangan yang signifikan," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Aprobi, Catra de Thouars, mengatakan industri biodiesel sudah berkembang di tanah air selama dua dekade. Saat ini, biodiesel Indonesia menggunakan campuran 35% atau B35.

"Hingga saat ini dilaksanakan mandatori pencampuran biodiesel B35 di seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia," ujarnya.

Dia mengatakan, bioenergi memiliki banyak manfaat dan juga berbagai produk yang telah dikembangkan. Saat ini, Indonesia telah memproduksi biodiesel, bioetanol, dan bioavtur.

Atas dasar tersebut, Catra mengatakan, Aprobi ingin mengajak seluruh peserta seminar untuk berdiskusi bersama terkait pecapaian industri bio energi di Indonesia, serta tantangan yang harus dihadapi menuju Indonesia madiri energi dan juga ramah lingkungan.




Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...